Pesantren Dan Daya Handal Interaksi Kitab (Bagian 2 Dari 3)
April 12, 2011
Rukun Iman (Bagian 1)
April 16, 2011
Pesantren Dan Daya Handal Interaksi Kitab (Bagian 2 Dari 3)
April 12, 2011
Rukun Iman (Bagian 1)
April 16, 2011

Pesantren Dan Daya Handal Interaksi Kitab (Bagian 3 Dari 3)

Oleh Ustadz Yayat Hidayat, MA

Lembaga Pendidikan Islam Representatif dengan Konteks Pesantren
Berbicara tentang lembaga pendidikan Islam, memang terdapat macam jenis dan bentuknya.secara garis besar terdapat tiga macam bentuk lembaga pendidikan Islam yakni; lembaga pendidikan  informal, lembaga pendidikan non-formal dan lembaga pendidikan formal. Akan tetapi, dalam konteks pembahasan mengenai tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan, maka akan dibatasi pada bentuk lembaga pendidikan formal atau sekolah saja, meskipun lembaga lainnya juga akan sedikit disinggung.

Tantangan Lembaga Pendidikan Islam
Tantangan pendidikan Islam dapat dilukiskan sebagai perubahan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang sedang berjalan.pengaruh tersebut menuntut lembaga pendidikan untuk mampu  menyesuaikan dengan upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan mesyarakat. Berikut ini akan dijelaskan bentuk-bentuk tantangan tersebut:

Tantangan Bidang Politik
Lembaga pendidikan yang ada dalam wilayah suatu negara adalah merupakan sektor perkembangan kehidupan budaya bangsa yang commited dengan tujuan perjuangan nasional yang berlandaskan falsafah negaranya. Jadi lembaga pendidikan Islam harus menghadapi tantangan ini dengan objektif, artinya lembaga pendidikan Islam mau tak mau harus mengikuti prosedur yang telah di tetapkan oleh pemerintah di dalam (UU Sisdiknas)

Tantangan Bidang Kebudayaan
Suatu perkembangan pengaruh kebudayaan dalam abad modern ini tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi tersebut akan menyebabkan akulturasi dikalangan masyarakat kita, bila mana nilai-nilai kultural bangsa itu melemah karena barbagai sebab, maka bangsa tersebut akan mudah terperangkap oleh kebudayaan lain sehingga akan kehilangan kebudayaan bangsanya sendiri.
Sikap selektif dalam menerima dan menolak kebudayaan luar adalah hal yang baik, salah satu kebudayaan dari luar yang perlu di tolak ialah “Tren seks bebas”. Ini merupakan tantangan besar bagi lembaga pendidikan Islam untuk membentengi anak-anak bangsa ini dari pengaruh negatif yang diakibatkan oleh kebudayaan luar.

Tantangan Bidang IPTEK
Collin Rose dan Malcom J. Nikhol dalam buku Accelarated Learning menggambarkan wajah masa depan dunia sebagai yang berubah dengan laju yang semakin kencang. Problem kehidupan masyarakat dan perekonomian menjadi sangat kompleks. Jenis-jenis pekerjaan menghilang dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Masa lalu semakin tidak dapat dijadikan pedoman lagi bagi masa depan.

Kehadiran alat-alat canggih seperti radio, TV, komputer, sedikit banyak akan banyak berpengaruh pada alat-alat elektronik lainnya. Kemajuan bidang teknologi ini pada akhirnya akan berpengaruh pada kejiwaan dan kepribadian masyarakat. Tujuan pendidikan saat ini tidak cukup hanya dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, keimanan dan ketaqwaan saja, tetapi juga harus diarahkan pada upaya melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri, dan produktif, mengingat dunia yang akan datang adalah dunia yang kompetitif, penuh persaingan. Maka lembaga pendidikan Islam harus membenahi sistem yang ada, serta bergerak menuju penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, agar mampu bersaing di era global.

Tantangan Bidang Kemasyarakatan
Perubahan yang terjadi pada masyarakat, terutama pada era informasi, tentunya telah menimbulkan dampak, baik itu positif maupun negative. Menurut M. Arifin dalam kapita selekta pendidikan, positifnya adalah adanya kemudahan semua kegiatan manusia, sedangkan dampak negatifnya adalah melemahnya daya mental spiritual jiwa yang sedang tumbuh dan berkembang, seperti kecerdasan, pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam bertugas sebagai pemberi arah perubahan yang terjadi dalam sistem kehidupan sosial yang seringkali mengalami ketidakpastian tujuan.

Tantangan Bidang Sistem nilai
Sistem nilai yang dijadikan sebagai tolak ukur bagi tingkah laku manusia dan masyarakat yang mengandung potensi mengendalikan, mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat itu sendiri. Namun demikian, sistem nilai tersebut bukannya tidak dapat mengalami perubahan, terutama diakibatkan oleh faktor kemajuan berpikir manusia itu sendiri maupun oleh desakan sistem nilai yang dianggap baik.

Dunia saat ini sedang dilanda perubahan sistem nilai tradisional yang ada, hal ini disebabkan budaya materialistis. Inilah yang menjadi problem sentral yang menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan, yang salah satu fungsinya adalah mengawetkan sistem nilai yang telah berkembang dalam masyarakat sehingga nilai-nilai asing tidak tercampur didalamnya.

Dalam memberikan jawaban terhadap tantangan tersebut, lembaga pendidikan Islam sudah barang tentu perlu memegang petunjuk agama. Surat Al-Rad ayat 11, “sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka melakukan perubahan terhadap dirinya sendiri”.

Sikap menghadapi tantangan terhadap Pendidikan
Dalam menghadapi tantangan dalam pendidikan, menurut Arifin, ada beberapa sikap yang dipegangi tergantung pada dimensi filosofis dari masing-masing institusi pendidikan itu sendiri. Sikap tersebut adalah:

Tak acuh terhadap tantangan perubahan jaman.
Mengakui adanya perubahan sosial, tetapi menyerahkan pemecahannya kepada orang  lain. Mengidentifikasikan perubahan dan berpartisipasi dalam perubahan itu. Melibatkan diri dalam perubahan sosial dan menjadikan dirinya sebagai pusat perubahan sosial. Peningkatan mutu pendidikan Islam dalam upaya menghadapi tantangan.

Secara umum kondisi lembaga pendidikan Islam di Indonesia masih ditandai oleh berbagai kelemahan, yaitu:
– Lembaga pendidikan Islam belum memiliki SDM, manajemen dan dana pendidikan yang handal.
– Lembaga pendidikan Islam masih belum mampu mewujudkan secara optimal dimana Islam sesuai dengan cita-cita idealnya.
– Lembaga pendidikan Islam belum mampu mewujudkan Islam secara transformatif.
– Lembaga tinggi pendidikan Islam belum mampu mewujudkan masyarakat madani.
– Output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan belum sesuai dengan keinginan masyarakat yang akan menyebabkan kesenjangan antara lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi tantangan tersebut adalah:

Mengembangkan tradisi ilmiah di lembaga pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam, semisal pesantren harus berupaya memadukan keunggulan sistem pesantren dengan sistem sekolah umum. Sebenarnya, tidak semua tradisi yang ada di pesantren cocok untuk diterapkan di masa sekarang, disamping tidak semua tradisi di pesantren ketinggalan jaman. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, misalnya (1) dipertahankannya tradisi kitab kuning yang beraliran mazhab syafi’i dibidang hukum fiqih, menganut teologi asy-ariah dibidang teologi dan mengikuti paham al-ghazali dibidang tasawuf. (2) hirarki kepemimpinan menempatkan kiyai sebagai sumber ide dan kebenaran. (3) sikap hidup yang terlampau tulus menerima kenyataan hidup apa adanya.

Mengaktifkan setiap komponen kurikulum agar berfungsi lebih maksimal
Komponen kurikulum yang perlu diaktifkan secara maksimal agar menjadi sarana yang dapat menjamin proses pendidikan. Adapun komponen-komponen  strategis, komponen media, dan komponen evaluasi yang diaktifkan secara maksimal adalah:

Komponen tujuan
Merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan, sebab tujuan merupakan komponen sentral bagi komponen-komponen lainnya. Tanpa tujuan yang jelas maka output yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan. Adapun tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah baik lahir maupun batin, baik di dunia maupun di akhirat.

Komponen Materi
Komponen materi adalah isi dan struktur program yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Materi yang dimaksudkan biasanya bidang-bidang studi dan materinya diuraikan dalam bentuk topik atau pokok bahasan. Metode mengiterpretasikan dalil-dalil qath’i dan zhanni dari kandungan Al-Quran perlu dipertajam pada pengembangan kreatifitas, cara berpikir sistematik, logis, universal dan radikal, yang mengacu pada tuntutan hidup modern.

Komponen strategis
Strategi pelaksanaan suatu kurikulum terdeskripsi dari cara yang ditempuh dalam melaksanankan pengajaran, penilaian dan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, serta cara melaksanakan pengamatan kegiatan sekolah secara mikro. Dalam proses pembelajaran, seorang guru dituntut untuk memberikan strateginya. Strategi menunjukkan pada suatu pendekatan, metode dan peralatan mengajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Komponen media
Media merupakan sarana pendukung dalam proses pembelajaran. Media merupakan alat bantu yang memudahkan dalam menyampaikan materi kurikulum agar mudah dikuasai dan dimengerti oleh peserta didik dalam proses pembelajaran.

Komponen evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana hasil proses pembelajaran telah dicapai. Biasanya evaluasi ini berbentuk tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif dilakukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang relative pendek. Tujuannya adalah untuk menilai proses pengajaran. Sedangkan evaluasi sumatif ditujukan sebagai hasil belajar dalam waktu yang cukup lama.

Meningkatkan profesionalitas guru
Seorang guru yang professional menurut Abudinata paling tidak menguasai tiga hal, yaitu:
Menguasai bidang keilmuan, pengetahuan dan keterampilan yang akan ditujukan kepada siswa.
Memiliki kemampuan menyampaikan pengetahuan yang dimiliknya secara efektif dan efesien.
Memiliki kepribadian dan budi pekerti yang mulia.

Meningkatkan pengelolaan
Sebagaimana yang telah tercantum pada dasar kelemahan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Islam, yaitu lemah di bidang SDM, manajemen dan dana. Maka, lembaga pendidikan Islam perlu memiliki kekuatan secara seimbang. Kemudian kekuatan dalam bidang manajemen yang didukung oleh peralatan yang canggih dapat mendukung efesiensi kerja. Selanjutnya lembaga pendidikan Islam juga harus memiliki kekuatan dalam bidang dana yang bersumber dari kekuatan lembaga itu sendiri.

Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana
Dari segi sarana dan prasarana, perlu diciptakan dan disediakan berbagai alat yang diperlukan untuk pengamalan ajaran agama. Seperti tempat ibadah lengkap dengan peralatannya, bimbingan shalat jamaah, menciptakan lingkungan agamis, apresiasi nilai-nilai keimanan dan ketakwaan dalam prakteknya yang aktual.

Jadi, inilah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam, yaitu dengan membenahi komponen-komponen yang ada di lembaga pendidikan itu sendiri. Hal ini dilakukan agar pendidikan Islam dapat menjawab tantangan yang ada dengan tidak meninggalkan identitas sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Islam.

Pesantren Dan Daya Handal Interaksi Kitab (Bagian 1 Dari 3)
Pesantren Dan Daya Handal Interaksi Kitab (Bagian 2 Dari 3)