Renungan untuk Muslimah (Calon) Penghuni Surga
Saudariku …, sudah sekian masa kita lewati. Sudah sekian waktu bergulir melibas batang usia, mengurangi jatah waktu kita menikmati kehidupan di dunia fana ini. Perlahan namun pasti, kita sama-sama digiring menuju sebuah fase yang sering kita abaikan dan lupakan: kematian.
Yah, kematian. Enggan rasanya membahasnya. Sangat tidak tertarik untuk mendiskusikannya. Seakan tidak ada waktu untuk sejenak memikirkannya. Sebuah bahasan yang serasa tidak penting dan tidak ada artinya dibandingkan dengan bahasan model busana, menu masakan, ataupun bergosip ria.
Masya Allah …. Lalaikah kita ini, saudariku? Padahal kematian itulah yang selalu mengintai kita di setiap saat. Sebuah kepastian yang tidak akan bisa kita ingkari, satu peristiwa yang tidak mungkin kita tolak kehadirannya.
Saudariku, sadarkah engkau bahwa langkah-langkah kita sedang menuju padanya? Bahwa detak-detak waktu yang terus bergulir ini sedang menuntun kita menuju tempat di mana Malaikat Maut bakal mencabut ruh dari badan kita?
Bukankah setiap kita akan mendatangi tempat matinya …?
Saudariku, begitulah kematian itu …. Dia datang tanpa permisi, tanpa basa-basi. Tanpa persetujuan kita, siap tidak siap, suka tidak suka …, ketika memang sudah saatnya, kita bakal meninggalkan jasad ini.
Dan apa sesudah kematian itu, saudariku? Apakah kita masih bisa menikmati dinginnya air wudhu dan heningnya suasana di sepertiga malam? Apakah kita masih bisa menyisihkan sebagian harta untuk berinfak di jalan Allah? Apakah kita masih bisa tegak di atas kedua kaki untuk mendirikan shalat?
Ketika kematian itu telah menyapa kita, apakah kita masih bisa menghadiri majelis ilmu? Apakah kita masih bisa bahu membahu dalam amal jama’i? Apakah kita masih bisa memperdengarkan suara untuk menyampaikan untaian kebaikan di jalan dakwah? Apakah kita masih bisa berdaya upaya untuk merangkul orang-orang di sekitar kita agar lebih mengenal Islam? Apakah kita masih bisa menjadi wasilah kebaikan bagi muslimah lain yang masih asyik dengan gemerlapnya dunia? Apakah kita masih bisa mengisi kantong-kantong bekal kita dengan amal kebaikan? Masih bisakah itu semua kita lakukan, saudariku?
Saudariku, engkau sudah menemukan jawabannya … dan engkau tahu harus bagaimana. Atau …, engkau masih bingung harus seperti apa dalam sisa waktu yang masih ada ini?
Saudariku, marilah kita renungkan sejenak …. Bukankah kita kelak tidak akan sanggup ketika kaki tergelincir dan terperosok jatuh saat meniti titian shirat? Bukankah kita kelak tidak akan sanggup meminum darah dan nanah? Bukahkah kita tidak akan sanggup mengenakan pakaian dari bara api? Bukahkah kita kelak tidak akan bisa menikmati sepersekian detik pun kehidupan di dalam neraka?
Dan bukankah kita merindukan, kelak bisa bersanding bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Bukankah kita kelak ingin menikmati harumnya surga dan segala keindahan di dalamnya? Bukankah kita kelak merindukan kehidupan kekal yang penuh cinta dan kasih sayang? Dan kita pun merindukan untuk menatap wajah-Nya yang agung, bukan?
Lalu, tunggu apalagi saudariku? Masih ada waktu untuk berbenah. Masih ada waktu untuk meluruskan langkah yang sempat berbelok, menata hati yang sempat terkoyak. Mari hiasan putaran masa yang masih tersisa ini dengan memenuhi hak-hak NYA yang sudah banyak kita abaikan. Mari lebih mendekat pada Al Qur’an dan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, agar langkah-langkah ke depan menjadi lebih baik, lebih tertata. Mari hiasi hari-hari dengan ketaatan untuk meraih ridha-Nya. Semoga kelak kita bisa berkumpul dalam kebaikan dan menjadi muslimah penghuni surga.
Ummi Santi
Penulis dan Terapis Muslimah