Wanita adalah guru bagi para remaja putri. Hal tersebut sebagaian di antara tugas wanita yang mulia. Karena ia tidak terpisahkan dari tugas utamanya yang dibebankan oleh Allah, yaitu sebagai ibu dan pendidik bagi anak-anaknya. Jika ia sebagia ibu yang berhasil, maka ia juga akan menjadi seorang guru yang sukses.
Agar wanita bisa sukses dalam perannya ini, maka ia harus memiliki beberapa sifat berikut ini:
- Tidak meremehkan hak Allah (kewajiban beribadah kepada-Nya)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab[33]: 70-71)
- Baik bacaan Al-Qur’annya dan berusaha menghafalnya.
Seorang guru harus menguasai hukum-hukum Al-Qur’an, tajwidnya, tilawah dan hafalannya, sehingga ia bisa menempatkan obat (solusi) di tempat yang sakit (sumber masalah).
- Hafal beberapa hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa membantunya dalam urusan agamanya.
“Hendaklah kalian berpegang pada Sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku.” (H.R. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi)
- Tidak menyia-nyiakan hak suaminya.
“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, dia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dia kehendaki.” (H.R. Ibnu Hibban, Ahmad, dan Abu Nu’aim)
- Tidak menyia-nyiakan hak anak-anaknya.
“Sesungguhnya Allah akan mempertanyakan setiap pemimpin atas apa yang diamanahkan kepadanya, apakah ia menjaganya atau menyia-nyiakannya.” (H.R. Ibnu Hibban dan Ibnu Adi)
- Menghiasai diri dengan akhlak mulia.
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Muslim)
- Menghiasai diri dengan kesabaran.
“Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu.” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 45)
- Memiliki kemampuan dalam mengatur waktunya.
- Mendapatkan izin suaminya untuk keluar mengajar.
- Tidak ikhtilat (camur baur) dengan pria.
- Patuh dengan busana muslimah.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab[33]: 59)
- Ikhlas dalam bekerja.
“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu perbuatan kecuali yang diikhlaskan semata untuk mencari ridha-Nya.” (H.R. An-Nasa’i)
- Bertakwa kepada Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (Q.S. Ali-Imran[3]: 102)
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Q.S. Az-Zumar[39]: 9)
- Bersifat santun dan lembut.
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
“Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. An-Nahl[16]: 93)
- Berpengetahuan dan berwawasan, serta selalu membaca dan mengetahui masalah-masalah aktual.
- Berkepribadian tangguh.
Wallahua’lam.
_Ukhty HD_ (Melawan kantuk. Jogja, 16/12/2015)
Sumber:
- Etika Menjadi (Ibu) Guru oleh Ummi Mahmud Al-Asymuni.