Kaidah-Kaidah dalam Menghafalkan Al-Qur’an
January 15, 2011
Si Gubernur Miskin
January 15, 2011

Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Terpisah dan Bertahap

Diturunkannya Al-Qur’an kepada umat Islam yang baru tumbuh, baik ilmu maupun amalnya, mengandung beberapa hikmah di antaranya:

Pertama, mempermudah bagi bangsa Arab yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis) untuk menghafal surat-surat dalam Al-Qur’an. Selain itu, pada waktu itu alat tulis masih susah didapat karena kalangkaaannya. Juga, pada waktu itu mereka disibukkan oleh usaha mencari nafkah serta membela agama yang baru lahir dengan pedang dan jiwa mereka. Jika saja Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk satu mushaf sekaligus, niscaya umat Islam akan merasa kesulitan dalam menghafal. Maka hikmah yang tinggi menghendaki Al-Qur’an diturunkan secara terpisah untuk mempermudah penghafalan.

Kedua, memudahkan upaya pemahaman atas Al-Qur’an seperti tertera pada pembahasan pertama.

Ketiga, untuk memisahkan umat dari akidah bathil dan sesat yang selama ini diyakini. Mereka dilatih untuk meninggalkan semua itu sedikit demi sedikit, sebagaimana Al-Qur’an diturunkan ayat demi ayat. Setiap kali Islam berhasil menghancurkan kebathilan, maka diturunkan ayat yang lain.

Demikianlah, Islam memulai dengan yang paling penting, baru kemudian yang penting dibawahnya. Akhirnya, Islam mampu membebaskan mereka dari kotoran-kotoran dan menyucikan mereka dengan tanpa mereka sadari dan tanpa merasa lelah dan halangan. Mereka pun tidak ingin kembali pada tradisi yang telah mereka tinggalkan. Inilah strategi bijak yang perlu dilakukan dalam membina pendidikan umat yang agung ini.

Keempat, penggambaran tentang akidah yang hak, ibadah yang benar, akhlak yang utama yang menghiasi diri mereka. Dengan ini, Islam memulai pendidikan umat dengan memisahkan mereka dari syirik, menghidupkan hati mereka tauhid dan janji balas yang baik, membuka mata mereka dengan dalil-dalil tauhid, bukti-bukti tentang hari kebangkitan setelah mati, dan argumen-argumen hisab (penghitungan amat), tanggung jawab serta pahala.

Setelah fase ini selesai, Islam mengajak mereka beribadah. Fase ini dimulai dari shalat sebelum hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah. Demikian pula dalam kebiasaan, Islam melarang umat melakukan dosa-dosa besar dan mengecam pelakunya dengan siksaan.

Kelima, menguatkan hati kaum muslimin dan mempersenjatai mereka dengan sabar dan keyakinan.

Jika ilmu didapat dengan belajar, maka cara mendapatkannya pun harus melalui sedikit demi sedikit dan memerlukan waktu.

Sumber:

Mencari Ilmu dengan Metode Salafush Shalih, Abu Abdullah Muhammad bin Sa’id bin Rasalan; Pustaka Azzam