Tiga Peneguh Agama
January 19, 201112 Sifat Hamba Yang ‘Ibaadurahman
January 19, 2011Mengenal Nikmat Ilahi Melalui llmu Fisiologi
Oleh: Ustadz Rizki Narendra
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ta’ala Rabb semesta alam, pencipta langit , bumi, dan segala isinya. Segala puji atas nikmat dan karunia tanpa henti-Nya kepada segenap makhluk hidup di langit dan di bumi, nikmat lahir batin yang mengisi setiap inchi relung hidup ini, hanya dengan nikmat-Nya lah sehelai daun tumbuh, hanya dengan nikmat-Nya kita bisa menghirup satu tarikan nafas, dan hanya dengan nikmat-Nya lah setetes air jatuh ke bumi. Allah ta’ala berfirman: “tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah ta’ala telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” (Luqman: 20) Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, nabi yang dahulu yatim sampai datang nikmat Allah ta’ala sehingga dapat hidup dalam perlindungan dan rasa aman, yang dahulu bingung dan bimbang sampai datang hidayah Allah ta’ala, yang dahulu kekurangan sampai Allah ta’ala cukupkan rizkinya, kemudian Allah ta’ala perintahkan dia agar menyebut-nyebut nikmat dan karunia Rabb-nya sebagai wujud rasa syukur. Sebagaimana termaktub dalam kitab-Nya:
“dan terhadap nikmat Tuhan-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” (Adh-dhuhaa: 11)
Dan semoga sholawat dan salam juga mennyertai para kelauarga, sahabat, dan pengikut setia beliau hingga akhir zaman. Amma ba’du:
Dasar Pemikiran
Bicara tentang nikmat Allah ta’ala bagaikan bicara tentang samudra tak bertepi, tidak cukup umur pendek ini untuk membahasnya, tidak pula akal sempit ini memahami semuanya. Bagaimana mungkin bisa kita lakukan sedangkan Allah ta’ala yang menciptakan kita dan lebih tahu tentang diri kita daripada kita sendiri berfirman: “dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidak dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan mengingkari (nikmat Allah). (Ibrohim:34)
Namun demikian, Allah ta’ala menjadikan “tahadust bi ni’mah” (menyebut-nyebut ni’mat Allah ta’ala) sebagai salah satu jalan syukur dan ibadah, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya surat adh-dhuhaa diatas. Bahkan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam menerangkan dengan tegas urgensi (pentingnya) hal ini dalam sabdanya: “menyebut-nyebut nikmat Allah itu merupakan salah satu bentuk syukur, sedangkan melalaikannya merupakan salah satu bentuk kekufuran” (HR. Ahmad, no.18449,18450, 19350, 19351)
Hal ini dikarenakan ketika seorang hamba menyebut-nyebut nikmat Allah ta’ala, secara tidak langsung dia telah berikrar dan bersaksi dihadapan para makhuk-Nya bahwa tiada Tuhan yang berhak untuk diibadahi selain Allah ta’ala, karena hanya zat pemberi nikmat sajalah yang berhak untuk disembah, adapun selain-Nya tidak pantas untuk diagungkan apalagi disembah karena tidak bisa mendatangkan manfaat maupun mudhorot. Dan dilain sisi, secara tidak langsung pula dia telah mengajak hamba-hamba Allah lainnya untuk berikrar seperti dirinya.
Satu hal penting, “nikmat” itu bukan hanya makan, minum, atau sejenisnya yang terjangkau oleh panca indra. Lebih dari itu, “nikmat” itu mencakup baik yang terjangkau panca indra maupun tidak. Imam Asy-Syaukani ketika menafsirkan ayat ke 20 dari surat luqman diatas berargumentasi (berpendapat) bahwa yang dimaksud dengan “nikmat lahir” adalah nikmat yang terjangkau oleh akal dan panca indra, sedangkan “nikmat batin” adalah selain dari itu.
Tingkat penghambaan diri seorang mu’min kepada Allah ta’ala berbanding lurus dengan tingkat pengetahuannya akan nikmat-Nya, artinya adalah semakin dia mengetahui dan menyadari nikmat Rabb-nya semakin tinggi pulalah keagungan-Nya dimatanya dan semakin tinggi pula tingkat pengahambaan dirinya kepada-Nya. Oleh karena itu salah seorang sahabat bernama Abu Darda dalam sebuah riwayat mengecam orang-orang yang memiliki tingkat pengetahuan minim (rendah) akan nikmat Allah ta’ala.
“Barangsiapa yang mengenal nikmat Allah hanya sebatas makan dan minum saja, benar-benar sedikit ilmunya dan dekat azab baginya”
Sekilas tentang Ilmu Fisiologi
Sadar atau tidak, Sains atau yang kita kenal ketika duduk dibangku sekolah dulu sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ternyata merupakan lahan luas bagi seorang muslim untuk mengenal nikmat-nikmat ilahi, di dalamnya kita dapat mencermati tanda-tanda kekuasan Allah ta’ala , menyusuri bekas-bekas rahmat Rabb semesta Alam, seraya menyingkap segudang hikmah dan mu’jizat ilahi, bukti bahwa Sang Pencipta tidak menciptakan kehidupan ini sia-sia atau main-main saja. Fisiologi adalah satu dari sekian banyak cabang ilmu Biologi yang merupakan salah satu kategori ilmu alam (Sains). Secara etimologi (bahasa) kata fisiologi diadopsi dari dua buah kata Yunani: “physis” yang berarti “alam” dan “logos” yang berarti “cerita”, adapun secara terminologi (istilah) artinya adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup, atau sederhananya pengertian Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari kerja organ-organ tubuh makhluk hidup.
Cakupan subjek dari fisiologi adalah semua makhluk hidup, adapun secara umum Fisiologi dibagi menjadi dua bagian: fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan & manusia, namun dalam tulisan ini penulis hanya membahasan seputar fisiologi manusia saja.
Tujuan Penulisan
Ada beberapa poin penting seputar tujuan penulisan, diantaranya:
1. 1. Menyelaraskan dua aliran ilmu pengetahuan: sains dan agama islam.
Pemisahan antara sains dan agama islam merupakan salah satu fenomena umum di masyarakat intelektual kita. Seolah pendapat yang lahir dari paham sekulerisme dan atheisme ini sudah menjadi kaidah umum dalam mata pelajaran sains dan menempatkan agama islam hanya dalam kancah kehidupan spiritual tanpa memberinya tempat dalam kehidupan material, sehingga dalam wacana ilmu pengetahuan muncullah istilah “penjelasan ilmiah” yaitu penjelasan fenomena alam sesuai dengan falsafah sebab akibat tanpa campur tangan Tuhan, dan “penjelasan spiritual” yaitu penjelasan fenomena alam sesuai asas fundamentalis ketuhanan (aqidah).
Sebagai contoh: proses turunnya hujan, penjelasan ilmiah tentang hujan dimulai dengan proses destilasi (penguapan) air, kemudian kondensasi (pengembunan), hingga akhirnya turun berupa air hujan. Adapun penjelasan spiritualnya adalah “hujan turun dengan kehendak Allah ta’ala semata, barangsiapa yang menjadikan selain Allah ta’ala sebagai sebab turunnya hujan padahal dia bukan sebab maka orang itu telah jatuh kedalam kesyirikan”. Oleh karena itulah, tidak heran kalau kebanyakan dari ilmuwan barat menganut paham atheis. Padahal, ditinjau dari segi filsafat tidak ada pertentangan antara “adanya hubungan sebab akibat” dengan “kekuasaan Tuhan”. “Hubungan sebab akibat” di alam semesta tidak menunjukan tidak adanya “ke-Maha Kuasa-an Tuhan”, bahkan sesungguhnya “hubungan sebab akibat” itu sendiri tidak akan ada kecuali dengan “kekuasaan Tuhan”.
Dengan tulisan ini penulis ingin menerangkan bahwasanya ilmu sains seharusnya dipelajari secara berirama dengan ilmu agama islam, dan tidak ada pertentangan antara keduanya. Bagaimana mungkin bertentangan, sedangkan mempelajari ilmu alam (sains) termasuk bagian dari perintah Allah ta’ala:
”katakanlah: perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah ta’ala dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”(Yunus:101)
Bahkan sebaliknya, mempelajari sains dan memperhatikan master pieces (mahakarya) Sang Kholik Yang Maha Kuasa akan membimbing seseorang untuk lebih menghayati ke-maha agung-annya, namun dengan satu syarat, yaitu “iman”, sebagamana diterangkan pada ayat diatas : “Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah ta’ala dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. Adapun orang kafir mempelajari sains anya menambah kekufurannya saja, sebagaiman Allah ta’ala menerangkan dalam ayat:
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) dilangit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling darinya” (Yusuf: 105)
Memang tidak setiap fenomena sains ada penjelasan detail dalam al-qur’an karena al-qur’an bukan kitab sains, tapi bukan berarti tidak ada sains dalam al-qur’an hingga mewajibkan pemutusan hubungan mutlak antara mempelajari sains dan al-quran. Melalui tulisan ini penulis ingin menegaskan bahwa pendapat mengenai sekulerisasi sains ini (pemisahan antara sains dengan agama) bukan bagian dari aqidah seorang muslim…!!! Bid’ah …!!! Batil…!!! Dan bertentangan dengan ajaran islam…!!!
Islam mengajak umatnya untuk mempelajari sains namun bukan dengan misi utama mencari tahu “hubungan sebab akibat” di alam semesta ini, tetapi lebih dari itu, menjadikan sains sebagai salah satu mediator (perantara) untuk mengenal keagungan zat yang telah menciptakan “hubungan sebab akibat” tersebut.
Kalau kita membuka kebelakang lembaran sejarah peradaban umat ini kita akan menemukan kebanyakan dari para ilmuwan muslim zaman dahulu adalah orang-orang yang juga mahir dalam ilmu agama. Sepak terjang mereka di dunia sains tidak lebih masyhur dibandingkan nama besar mereka dalam bidang ilmu syar’I. Sebut saja nama paling populer di telinga kita, Ibnu Rusyd Al-Andalusi, Ulama yang bukunya kita baca di kelas minimal 2 kali seminggu ini(bidayatul mujtahid) juga menulis buku Al-Kuliyaat di bidang medis (kedokteran) dan menjadi salah satu marji’ (buku induk) sampai saat ini, Al-Imam Fahkrurrozi penulis kitab “At-tafsir Al-Kabir” adalah dokter termasyhur di zamannya, dan masih banyak yang lainnya. Ini semua menunjukan bahwa ulama zaman dahulu sama sekali tidak memandang adanya dinding pemisah antara agama islam dan sains, bahkan mereka memandang bahwa sains adalah salah satu untuk lebih mengenal Rabb mereka, karena mempelajari sains berarti mempelajari mahakarya-Nya.
2. 2. Mengenali nikmat Allah ta’ala yang terdekat namun paling sering terabaikan, yaitu diri kita sendiri.
Ilmu yang berkutat seputar fungsi organ tubuh makhluk hidup ini (fisiologi) menyimpan berjuta rahasia hidup. Ketika mempelajari ilmu ini seorang mu’min diajak menjelajahi dunia mikro (kecil) di balik balutan kulit ini, menyusuri rongga-rongga tulang dan daging menyaksikan keajaiban ilahi, hingga akhirnya “memaksa” lisan untuk berucap: “Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Ali-‘Imron: 191)
Dan perlu ditekankan, hal ini merupakan salah satu ibadah syar’I, artinya adalah ajakan untuk mengenali rahasia dibalik raga ini termaktub dalam nash ilahi: “dan (juga) pada dirimu sendiri.Apakah kamu tidak memperhatikan?” (Adz-Dzaariyaat: 21)
Allah ta’ala mengajak kita untuk tidak sekedar memandang jasad ini sebagai sebuah kerangka tulang-belulang berlapis susunan darah dan daging saja, namun lebih dari itu Dia ta’ala mengajak kita untuk mengamati serta menguak segudang keajaiban di dalamnya. Karena apa? Karena dengan mengetahui keagungan mahakarya Sang Pencipta kita bisa lebih dekat mengenal-Nya, serta mengagungkan-Nya sebagaimana mestinya.
Metode Penulisan
Dalam proses penulisan karya tulis ini penulis berjalan diatas beberapa kaidah, diantaranya:
1. menukil ayat-ayat al-qur’an berdasarkan Mushaf cetakan Majma’ Malik Fahd Madinah
2. menterjemahkan ayat-ayat al-qur’an dengan berpedoman kepada Mushaf terjemahan cetakan Majma’ Malik Fahd Madinah
3. menukil hadist-hadist Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dengan menyertakan sumbernya
4. menjelaskan istilah – Istilah ilmah biologi yang terdapat pada karya tulis ini dalam sebuah sub bab khusus berjudul “daftar istilah ilmiah” dan disusun berdasarkan urutan alphabet
5. menukil pengetahuan-pengetahuan ilmiah dengan menyebutkan sumbernya
6. menjelaskan beberapa permasalahan ilmiah dengan menyertakan media visual (gambar) bila di perlukan
7. menjelaskan kata-kata serapan bahasa asing secara langsung dengan memberi tanda kurung () setelah penulisan
8. membagi struktur tulisan kedalam dua bab, bab I: muqodimah, terdiri dari enam sub bab, sedangkan bab II yang merpakan inti dari karya tulis ini terdiri dari dua sub bab.
Daftar Istilah Ilmiah
Adrenalin : hormon pemicu reaksi tekanan dan kecepatan gerak tubuh
Biologi : Ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup
Cortisol : (akan ada penjelasan yang lebih spesifik (detail) pada bab II
Enzim : Senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi) pada suatu reaksi kimia dalam tubuh
Fisiologi : ilmu yang mempelajari kinerja organ-organ tubuh makhluk hidup
Glikogen : Cadangan zat gula dalam tubuh
Glukosa : Zat gula
Hormon : Senyawa organik pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel yang beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida (cairan) tubuh untuk mencari sel target
Hypothalamus : salah satu fungsinya menerima rangsangan cahaya dari syaraf mata
Kelenjar : Salah satu organ tubuh yang bertugas mengeluarkan zat berupa enzim atau hormone
Kelenjar Pineal: kelenjar otak yang memproduksi melatonin
Kelenjar Pituitary (Hypophysis) : Kelenjar terletak di bagian otak paling dasar, kelenjar ini paling vital (penting) karena memiliki tugas mengatur kerja seluruh kelenjar di tubuh, dinamakan juga Maestro Gland (kelenjar induk).
Leukosit (sel darah putih) : Salah satu pembentuk komponen darah yang berfungsi sebagai bagian dari system kekebalan tubuh
Melatonin : Hormon perangsang rasa kantuk
Retina : lapisan sel tipis pada bagian belakang bola mata yang berfungsi mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf.
Hubungan antara pergantian siang dan malam dengan aktivitas fisiologi manusia.
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”(Al-Qoshosh: 73)
Pada ayat tersebut Allah ta’ala menjelaskan bahwa pergantian siang dan malam dalam hubungannya dengan aktivitas manusia merupakan salah satu bentuk nikmat, dimana Dia menjadikan siang hari sebagai waktu bagi manusia mencari karunia-Nya di muka bumi dan menjadikan malam sebagi waktu untuk beristirahat. Bagaimanakah ilmu fisiologi menjelaskan nikmat Allah ta’ala ini?
Pada bagian tengah otak manusia terdapat organ bernama Hipothalamus, organ ini bekerja seolah-olah jam biologis yang mengatur jadwal kerja organ-organ tubuh lainnya. Bagaimana cara kerjanya? Hipothalamus sensitif terhadap rangsangan cahaya. Ketika cahaya matahari di siang hari masuk ke mata kemudian jatuh di retina dan diubah menjadi sinyal syaraf, maka syaraf mata akan meneruskan sinyal ini menuju menuju Hipothalamus. Kuatnya rangsangan cahaya ini berdampak negatif terhadap kinerja Hipothalamus, dan memaksa kelenjar Pineal agar menekan laju produksi melatonin (hormon perangsang rasa kantuk).
Diantara efek yang timbul akibat berkurangnya kadar melatonin dalam tubuh: bertambah tingkat kekentalan darah serta jumlah leukosit (sel darah putih) yang menambah tingkat kekebalan tubuh, bertambahnya aktivitas aliran listrik dalam otak, dan bertambahnya tekanan darah yang diiringi percepatan detak jantung. Dengan begitu tubuh dapat bekerja lebih aktif. Beginilah Allah ta’ala mempersiapkan kondisi tubuh kita guna mendukung jalannya aktivitas kita di siang hari, sesuai dengan firman-Nya: “dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya”.
Adapun ketika intensitas cahaya berkurang pada malam hari, Hipothalamus kembali aktif memberikan rangsangan kepada kelenjar Pineal agar menambah produksi melatonin. Dampaknya rasa kantuk hebat yang memaksa tubuh untuk mengurangi aktivitas, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: “supaya kamu beristirahat pada malam itu”. Kemudian dia akhir ayat Allah ta’ala menjelaskan bahwa hikmah di balik ini adalah supaya kita menyukuri nikmat pergantian siang malam ini yang telah mendukung kondisi fisiolgi tubuh kita untuk beraktivitas, “dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”.
Coba bayangkan seandainya Allah ta’ala menciptakan siang tak ber-malam, siapa yang bisa mengaktifkan hypothalamus dan mengembalikan produksi melatonin dalam kelenjar pineal ketika kita merasa lelah? Atau sebaliknya bila Allah ta’ala menciptakan malam tak-bersiang, sinar matahari siapa yang akan menghentikan kerja hypothalamus dan menahan produksi melatonin dalam kelenjar pineal agar organ-organ tubuh kita dapat aktif? Oleh karenanya pada dua ayat sebelumnya Allah ta’ala berfirman: “katakanlah: terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar? katakanlah: terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Al-Qoshosh: 71-72)
Pembagian waktu sholat dan aktivitas fisologi tubuh
Syari’at sholat lima waktu merupakan salah satu bentuk rahmat dan nikmat Allah ta’ala bagi orang-orang beriman. Baik ditunjau dari sudut pandang ilmu apapun sholat lima waktu sehari semalam selalu memberi pengaruh positif, dan para ilmuwan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan di belahan bumi timur dan barat telah banyak membuktikan hal ini. Pada kesempatan kali ini, mari kita biarkan ilmu fisiologi menerangkan sedikit rahasia dibalik hubungan antara sholat lima waktu dan aktivitas organ-organ tubuh manusia. Namun sebelum menelaah lebih jauh, penulis merasa perlu memperkenalkan kinerja sebuah hormon bernama cortisol karena hormon yang satu ini memiliki hubungan sangat erat dengan aktivitas organ-organ tubuh sehari-hari. Cortisol adalah hormon yang diproduksi oleh sebuah kelenjar kecil seberat 4 gram dan melekat pada ginjal. Cortisol memiliki beberapa fungsi diantaranya: mengatur aktivitas transformasi (pengubahan) karbohidrat, dan mengatur kestabilan kadar Glukosa dalam darah. Zat-zat diatas merupakan sumber energi yang diperlukan tubuh untuk menjalankan aktivitas. Jadi intinya hormon cortisol memiliki andil sangat vital (penting) bagi kelangsungan aktivitas tubuh. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwasanya tingkat aktivitas tubuh berbanding lurus dengan jumlah cortisol, dengan kata lain semakin tinggi kadar cortisol memungkinkan tubuh untuk semakin aktif bekerja, dan sebaliknya.
Selain cortisol, kelenjar kecil ini juga memproduksi 30 jenis hormon penting lainnya seperti Adrenalin dan Neuro Adrenalin. Kelenjar ini tidak bekerja sendiri, akan tetapi diperintah oleh sebuah organ di otak bernama Kelenjar Pituitary (Hypophysis) atau yang lebih di kenal dengan Maestro Gland, dinamakan demikian karena kelenjar inilah yang mengatur kinerja kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh.
Lalu apakah hubungannya dengan pembagian waktu sholat? Aktivitas produksi cortisol besar-besaran di mulai ketika fajar mulai menyingsing, pada waktu kadar cortisol dalam tubuh mulai bertambah secara perlahan hingga mencapai batas maksimal 21 miligram pada waktu terbit matahari, dan jumlah ini tetap stabil sampai datang waktu dhuha. Setelah waktu dhuha kadar cortisol mulai berkurang perlahan-lahan hingga mencapai angka 7 miligram pada tergelincir matahari (zuhur). Kemudian untuk kedua kalinya cortisol mengalami peningkatan jumlah sampai 16 miligram yang berlangsung hingga waktu ashar, untuk seterusnya mengalami penurunan jumlah secara bertahap bersamaan dengan terbenamnya matahari hingga mencapai batas minimum 3 miligram pada pertengahan malam.
Kalau kita perhatikan secara seksama kita akan hubungan harmonis antara pembagian waktu sholat dan jumlah raka’at dengan pola perubahan fisiologi manusia selama satu hari penuh, seolah-olah waktu sholat menjadi titik tolak bagi pergantian kondisi hormon yang membuat aktivitas luar tubuh dan dalam tubuh berjalan seirama.
Sholat Subuh
Di awal hari atau tepatnya ketika kita bangun tidur tubuh memerlukan penyesuaian fisik yang bertujuan antara lain untuk mencairkan endapan lemak pada dinding-dinding pembuluh darah sebagai akibat dari tidur panjang, dan ternyata sholat dua raka’at merupakan sarana yang sesuai. Selain berfungsi menghentikan tidur berkepanjangan yang berbahaya bagi kesehatan jantung, secara mental relaksasi (penenagan) jasmani dengan sholat subuh juga merupakan awal yang baik untuk membuka lembaran hari baru.
Setelah kelenjar pineal mengurangi produksi melatonin (hormon perangsang kantuk) akibat rangsangan sinar matahari yang di terima hipotalamus, peningkatan frekuensi detak jantung dan tekanan darah mulai mengiringi pertambahan kadar cortisol dalam tubuh. Maka tidak heran kalau kita merasakan puncak produktivitas pada pagi hari.
Sholat Zuhur
Mulai waktu dhuha kestabilan kadar cortisol berangsur-angsur goyah dan berkurang hingga mencapai puncaknya pada waktu zuhur yang menimbulkan rasa lelah luar biasa. Namun ternyata, disaat tubuh memerlukan istirahat seperti ini, hormon adrenalin justru mengalami puncak peningkatan. Hal ini cukup membahayakan kesehatan terlebih Bagi penderita jantung koroner (serangan jantung), karena keberadaan adrenalin tanpa diimbangi jumlah cortisol memadai hanya akan menambah frekuensi detak jantung dan kontraksi (ketegangan) urat syaraf. Nah, dari sini manfaat sholat sangat terasa, dengan sholat seseorang meperoleh rasa tenang dan santai.
Selain sholat zuhur, ada satu perintah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang memberikan manfaat senada, yaitu tidur singkat siang hari atau lebih dikenal dengan qoilulah. Beliau shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“ ber-qoilulah-lah kalian, karena sesungguhnya syaitan tidak melakukannya”
Sholat Ashar
Sholat ashar memliki peran penting dalam mengembalikan kesiapan tubuh menghadapi peningkatan mendadak jumlah cortisol guna menghindari shock (kekagetan), apalagi jantung manusia sangat rentan terhadap perubahan fisiologi secara tiba-tiba. Walaupun kadar cortisol tidak sebanyak di pagi hari, tapi cukup untuk mensuplai glukosa guna mendukung aktivitas selama tiga jam kedepan. Itulah sebabnya mengapa kita merasakan seolah ada energi baru setelah waktu ashar.
Sholat Maghrib
Memasuki waktu terbenam matahari, kekuatan rangsangan cahaya matahari yang memasuki hipothalamus berangsur-angsur menurun. Efeknya, kelenjar pineal kembali aktif memproduksi melatonin, sehingga merangsang semua organ tubuh untuk mengurangi aktivitas. Seolah menjadi sarana relaksasi (penenangan) dari kegiatan siang hari, sholat tiga raka’at saat matahari terbenam mengajak tubuh untuk rehat sejenak guna menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologi tiba-tiba setelah berkurangnya kadar cortisol.
Sholat Isya
Setelah sinar merah dari arah tenggelam matahari tanda bahwasanya langit sudah benar-benar memakai selimut hitam, masuklah kita ke chek point (tempat pemberhentian) terakhir sebagai persiapan menuju istirahat panjang. Pada saat ini, panas tubuh menurun disertai dengan penurunan frekuensi detak jantung, dan sekarang kita sudah siap berangkat menuju alam lain.
Semoga Allah ta’ala memasukan kita kedalam golongan hamba-hambanya yang bersyukur setelah mengenal nikmat-nikmat-Nya, dan merahmati kita agar tidak termasuk kedalam golongan yang Dia laknat dalam firman-Nya: “mereka mengetahui nikmat Allah ta’ala kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir ”(An-Nahl: 83)
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahannya, cetakan Majma’ Malik Fahd, Madinah Munawwarah
Al-Fiziya wa wujudul kholiq, D.Ja’far Syaikh Idris, Majalah Al-Bayan, London, cet. 1, 2001
Az-Zuhd, Ahmad bin Hanbal, Darul Imam Ahmad, Cairo, cet. 1, 2006
Al-Musnad, Ahmad bin Hanbal, Muassasah Ar-Risalah, Beirut, cet.2 1999
Fathul Qodir, Imam Asy-Syaukany, Al-Maktabah At-Taufiqiyah, Cairo
Mausu’ah I’jazul ‘Ilmi, D. Nadia Toyyaroh, Maktabah Ash-Shofaa, Uni Emirat Arab, cet. 1, 2007
Ruang Lingkup Biologi, Dewi Chandra, S.Pd
Shihul jami’ ash-shoghir, Muhammad Nashiruddin Al-Albani
www.wikipedia.com