Bagaimana Memperoleh Pasangan Shalih?
February 25, 2012Sepuluh Kunci Tadabbur Al Quran Bagian II
February 26, 2012Sepuluh Kunci Tadabbur Al Quran Bagian I
Di setiap rumah seorang muslim, hampir bisa dipastikan terdapat mushaf Al Quran. Al Quran sebagai pedoman dan petunjuk bagi seorang muslim, adalah kitab yang mesti dimiliki. Sesuatu yang aneh ketika seorang muslim tidak memiliki Al Quran di rumahnya. Lebih mengherankan lagi ketika seorang muslim memiliki Al Quran, tetapi jarang atau bahkan tidak pernah membuka dan membacanya. Al Quran hanya disimpan, entah sebagai pajangan, hiasan, atau bahkan hanya dibiarkan tergeletak atau bertumpuk dengan buku-buku lain yang ada. Jika fenomenanya seperti ini, jangan tanya apakah paham akan kandungan Al Quran atau tidak.
Mungkin inilah fenomena yang sering kita temui. Fenomena yang memprihatinkan sekaligus membahayakan. Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan kepada kita dalam Al Quran,
“Kalau sekiranya kami menurunkan Al Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al Hasyr: 21)
Kita tentu yakin dengan seluruh ayat Al Quran, termasuk ayat di atas. Namun pertanyaannya, apakah hati kita tunduk khusyu dan takut ketika membaca Al Quran? Gunung saja yang Allah tidak berikan akal dan matahati sebagaimana kita, akan tunduk hingga terpecah belah seandainya Al Quran diturunkan kepadanya. Kita malah mengabaikan dan menjauhkan Al Quran dari kehidupan. Kalaupun kita membacanya, Al Quran yang kita baca tidak meninggalkan bekas di hati, dan hampir tidak ada bedanya dengan kitab atau buku-buku lain.
Apa yang salah?
Al Quran tidak mungkin salah, jadi satu-satunya kemungkinan, kesalahan itu ada pada diri kita. Bagaimana kita mendudukkan Al Quran dalam hati kita, bagaimana cara kita berinteraksi dengan Al Quran, mungkin ini yang harus kita perbaiki.
Untuk membuka pintu, tentu diperlukan kunci. Begitu juga halnya ketika kita ingin membuka makna-makna Al Quran yang agung, tentu diperlukan kunci. Kunci yang akan menghantarkan kita pada kekhusyuan, kunci yang akan melahirkan ketakutan kepada Allah, ketika kita bisa memahami dan mentadabburi ayat-ayat Al Quran dengan sepenuh jiwa.
Kunci-kunci Itu
• Kunci Pertama: Cinta Kepada Al Quran
Ketika kita bicara cinta, maka kita bicara hati. Hati adalah anugerah dari Allah sebagai alat untuk memahami dan berpikir. Hati ini berada di tangan Allah yang dibolak-balikkan sesuai kehendak-Nya. Maka, kita sangat membutuhkan Rabb kita, agar berkenan membukakan hati kita guna memahami dan menyelami kandungan Al Quran.
Seseorang yang diberi rasa cinta terhadap sesuatu, maka akan melabuhkan dan menambatkan hatinya pada sesuatu tersebut. Dia akan selalu bersemangat ingin bertemu dan dekat dengannya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari bisa kita lihat. Seorang anak yang cinta pelajaran, dia lebih mudah mengerti dan memahami pelajaran, dibandingkan dengan anak yang tidak cinta dan malas-malasan. Maka, cinta inilah yang harus ditanamkan dalam hati kita, dengan memohon kepada Allah dan dengan upaya kita tanpa lelah.
Untuk mengetahui apakah kita cinta Al Quran atau tidak, kita harus mengetahui tanda-tandanya. Tanda-tanda tersebut, di antaranya:
1. Bahagia ketika bertemu dengannya.
2. Duduk bercengkrama lama dengannya tanpa merasa jenuh.
3. Rindu jika lama tak bertemu karena kesibukan yang menghalangi, serta selalu berusaha menghilangkan apapun penghalang untuk berjumpa dengan Al Quran.
4. Selalu minta petunjuknya, percaya dan puas dengan pengarahannya dan selalu merujuk kepadanya bila mendapatkan permasalahan hidup, baik yang berat ataupun yang ringan.
5. Selalu menaatinya, dalam hal perintah dan larangannya.
Abu Ubaid rahimahullah berkata: “Janganlah seorang hamba bertanya kepada dirinya kecuali tentang Al Quran. Maka apabila ia mencintai Al Quran, berarti ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
• Kunci Kedua: Meluruskan Tujuan Membaca Alqur’an
Lima tujuan yang kita hadirkan ketika membaca Al Quran, yaitu:
1. Memperoleh ilmu
2. Bertujuan untuk mengamalkannya
3. Bermunajat dan memohon kepada Allah
4. Mengharap pahala
5. Berobat
Ketika kita membaca Al Quran dengan menggabungkan lima tujuan agung ini di dalam hati, maka pahalanya akan lebih besar dan manfaatnya akan lebih banyak. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إنما الأعمال بالنيات و إنما لكل امرئ ما نوى
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan…” (HR. Al Bukhari no.1 dan Muslim no.1907)
Maka setiap kali niat itu lebih ikhlas, lebih murni, lebih tinggi nilainya maka pahala dan hasilnya pun akan lebih besar.
• Kunci Ketiga : Membaca Al Quran ketika Shalat
Shalat adalah rumah idaman bagi aktivitas tadabbur dan mengambil manfaat Al Quran. Dengan shalat, akan mengingatkan pada ayat-ayat Al Quran, sehingga akan selalu hadir dalam hati di setiap waktu. Di antara begitu banyak dalil dari Al Quran dan Hadits yang menunjukkan keutamaan kunci shalat ini adalah:
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
إذا قام صاحب القرآن فقرأه بالليل و النهار ذكره و إن لم يقم به نسيه
“Apabila orang yang selalu menyertai Al Quran, shalat dan membacanya sepanjang malam dan siang hari maka ia akan selalu mengingatnya. Dan apabila ia tidak menggunakannya ketika shalat, maka ia akan melupakannya.” (HR. Muslim no. 789)
Firman Allah Ta’ala:
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al Muzzammil: 1-6)
• Kunci Keempat: Membaca Al Quran Waktu Malam
Waktu yang paling utama untuk berdzikir adalah malam hari, terutama ketika waktu sahur. Waktu ini adalah waktu yang barakah karena waktu turunnya Rabb dan dibukanya pintu langit. Pada saat ini juga, ingatan berada dalam tingkat yang paling maksimal, karena suasana hening dan tenang. Para pembaca Al Quran seharusnya memanfaatkan kesempatan ini, untuk memantapkan iman dan ilmunya. Sejarah mencatat, bahwa kemenangan kaum muslimin diperoleh ketika pasukannya terbiasa membaca Al Quran di malam hari. Mereka “rahib di malam hari dan penunggan kuda di siang hari”.
Firman Allah menunjukkan bahwa bacaan di malam hari merupakan salah satu kunci tadabbur Al Quran
“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Isra: 79)
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al Muzzammil: 6)
• Kunci Kelima: Mengkhatamkan Al Quran Setiap Pekan
Semakin sering kita membaca Al Quran disertai dengan pengulangan, maka hal ini akan memperkuat tertanamnya makna-makna Al Quran dalam jiwa kita. Rasulullah dan para shahabat senantiasa melaksankan hal ini. Banyak nash yang mengemukakan hal ini, di antaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Yang artinya): “Barangsiapa yang tertidur dan lupa membaca satu hizb Al Quran atau sebagian darinya, lalu membacanya antara shalat Fajr dan shalat Dhuhur, maka ditulis baginya seakan-akan ia membacanya satu malam penuh.” (HR. Muslim no. 747)
Kebanyakan shahabat radhiyallahu anhum dan para salafushshalih –orang-orang yang paling menghayati dan mentadabburi serta mengamalkan ayat – ayat Alqur’an- mengamalkan kunci ini. Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Janganlah Al Qur’an itu dikhatamkan kurang dari tiga hari. Khatamkanlah dalam tujuh hari sekali, dan hendaklah dijaga hizbnya (tanda penunjuk bacaannya).” Kemudian Imam As Suyuthi juga mengatakan: “Ini merupakan perkara yang tengah-tengah dan yang paling baik. Amalan ini dilakukan oleh mayoritas para shahabat dan lainnya.”
Hendaklah konsisten dalam menjalankan aktivitas ini. Karena ketika satu amalan yang ditinggalkan tapi kemudian tidak diganti di waktu lain, maka ini menunjukkan bahwa amalan itu menurut kita tidak penting.
Bersambung…