Hadits Mardud Disebabkan Gugurnya Sanad
January 16, 2011Pembagian Khabar Dilihat Dari Sisi Sampainya Hadits Kepada Kita
January 16, 2011Hadits Masyhur, Hadits Mustafidl, Hadits Aziz, Hadits Gharib
Definisi
- Menurut bahasa, merupakan isim maf’ul dari syahartu al-amra, yang berarti saya mengumumkan atau menampakkan suatu perkara. Disebut seperti itu karena penampakkannya yang jelas.
- Menurut istilah, hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih ─disetiap tingkatannya─, asalkan (jumlahnya) tidak mencapai derajat mutawatir.
Contoh
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu begitu saja, melainkan Dia mencabutnya…” (Dikeluarkan haditsnya oleh Syaikhan, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Hadits Mustafidl
- Menurut bahasa, merupakan isim fa’il dari istifadla, pecahan kata dari fadla al-maa, yang berarti air yang melimpah-limpah. Dinamakan seperti itu karena tersebar.
- Menurut istilah, ada tiga pendapat yang berbeda, yaitu:
Merupakan sinonim dari hadits masyhur
Hadits mustafidl lebih spesifik dari hadits masyhur, karena pada hadits mustafidl disyaratkan pada kedua ujung sanadnya harus sama, sedangkan pada hadits masyhur hal itu tidak disyaratkan.
Hadits mustafidl lebih umum dari hadits masyhur, yaitu berlawanan dengan pendapat kedua.
Masyhur yang Tidak Tergolong Istilah Hadits Masyhur
Yang dimaksudkannya adalah sesuatu (hadits) yang telah popular (masyhur) di kalangan tertentu, namun tidak memiliki syarat-syarat yang dituntut (sebagai hadits masyhur). Hal itu berupa:
- Haditsnya memiliki hanya satu sanad.
- Haditsnya memiliki lebih dari satu sanad.
- Haditsnya tidak memiliki sanad.
Hukum Hadits Masyhur
Masyhur menurut istilah maupun yang tidak termasuk istilah tidak dapat diklaim sebagai hadits yang shahih atau tidak shahih melainkan ada yang shahih, ada juga yang hasan, dhoif bahkan yang maudhu. Hadits masyhur─menurut istilah hadits─ yang shahih memiliki kriteria lebih kuat dari hadits ‘aziz dan hadits gharib.
Kitab-Kitab yang Populer
Yang dimaksud kitab-kitab hadits masyhur disini adalah hadits-hadits masyhur yang beredar ditengah-tengah masyarakat, bukan masyhur menurut istilah hadits, di antaranya:
- Al-Maqashid Al-Hasanah fima Isytahara ‘ala Al-Alsinati. Karya As-Sakhawi.
- Kasyfu Al-Khafa wa Muzail Al-Ilbas fima Isytahara min Al-Hadits ‘ala Al-Sinati An-Nas. Karya Al-Ajiluni.
- Tamyizu At-Thayib min Al-Khabits fima Yaduru ‘ala Al-Sinati An-Nas min Al-Hadits. Karya Ibnu Ad-Daiba’ As-Syaibani.
Hadits Aziz
Definisi
- Menurut bahasa, merupakan sifat musyabbahah dari kata ‘azza ya ‘izzu yang artinya sedikit atau jarang; atau juga sifat musyabbahah dari kata ‘azza ya’azzu yang artinya kuat atau keras. Disebut demikian karena sedikit atau jarang keberadaannya, atau juga kuat keberadaannya melalui jalur lain.
- Menurut istilah, hadits yang perawinya berjumlah tidak kurang dari dua orang di seluruh tingkatan (thabaqat) sanadnya.
Penjelasan
Maksudya ialah dimasing-masing tingkatan sanad tidak boleh kurang dari dua orang perawi. Jika di sebagian thabaqat-nya dijumpai tiga orang atau lebih rawi, hal itu tidak merusak (statusnya sebagai) hadits ‘aziz, asalkan di dalam thabaqat lainnya ─meskipun cuma satu thabaqat─ terdapat dua rawi. Sebab, yang dijadikan patokan adalah jumlah minimal rawi di dalam thabaqat sanad.
Ini adalah definisi yang paling kuat seperti yang ditetapkan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits ‘aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang atau tiga orang. Mereka tidak membedakan─dalam kasus ini─ dengan hadits masyhur.
Contoh
Diriwayatkan oleh Syaikhan dari haditsnya Anas, dan Bukhari dari haditsnya Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai dari bapaknya, dari anaknya, dan manusia seluruhnya.
Hadits tersebut diriwayatkan dari Anas, Qatadah, dan Abdul Aziz bin Shuhaib, dari Qatadah Syu’bah dan Sa’id, dari Abdul Aziz Ismail bin ‘Ulayyah dan Abdul Warits, dan masing-masing kelompok.
Kitab-Kitab yang Populer
Para ulama tidak menyusun secara tersendiri kitab tertentu untuk hadits-hadits ‘aziz. Tampaknya hal itu disebabkan sedikit atau tidak ada manfaatnya menyusun kitab tersebut.
Hadits Gharib
Definisi
- Menurut bahasa, merupakan sifat musyabbahah yang bermakna al-mufarid (sendiri), atau jauh dari karib kerabat.
- Menurut istilah, hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, sendirian.
Penjelasan
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, sendirian. Bisa disetiap thabaqat-nya dari seluruh thabaqat sanadnya, atau di sebagian thabaqat sanad; malahan bisa pada satu thabaqat saja. Adanya jumlah rawi lebih dari seorang pada thabaqat lainnya tidak merusak hadits gharib karena yang dijadikan sebagai patokan adalah yang paling minimal.
Nama Lain Hadits Gharib
Para ulama banyak menggunakan nama lain untuk hadits gharib, di antaranya al-fardu, keduanya memiliki arti yang sama. Sebagian ulama yang lainnya telah membedakan keduanya. Namun Al-Hafidh Ibnu Hajar menganggap keduanya itu sama saja, baik ditinjau dari segi bahasa maupun istilah. Meski begitu, beliau berkata, “Bahwa ahli istilah (maksudnya adalah ahli hadits-pen) telah membedakan keduanya, dilihat dari sisi banyaknya dan sedikitnya penggunaan. Disebut hadtis fard karena lebih banyak digunakan untuk hadits fard yang mutlak. Sedangkan hadits gharib lebih banyak digunakan untuk hadits fard yang nisbi.
Jenis-Jenisnya
Dilihat dari aspek tempat menyendirinya perawi, hadits gharib dibagi dua:
a.Hadits gharib mutlak atau fard mutlak
Definisinya, jika gharib (kesendiriannya) terdapat pada asal sanad, dengan kata lain hadits yang diriwayatkan oleh rawi secara sendirian pada asal sanadnya. Contohnya hadits, “Sesunggunhya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Umar bin Khathab seorang diri. Hal ini terus berlanjut (kesendiriannya) hingga akhir sanad. Hadits ini juga telah diriwayatkan kesendiriannya oleh sejumlah rawi.
b.Hadits gharib nisbi atau fard nisbi
Definisinya, ke-gharib-annya terletak ditengah-tengah sanad, dengan kata lain, hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang rawi pada asal sanadnya, kemudian diriwayatkan oleh seorang rawi. Contohnya hadits Malik dari Az-Zuhri dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki kota Makkah sementara di atas kepalanya terdapat penutup.
Kesendiriannya terletak pada Malik dari Az-Zuhri.
Jenis-Jenis Hadits Gharib Nisbi
Terdapat berbagai jenis gharib atau kesendirian (tafarrud) yang memungkinkannya termasuk hadits gharib nisbi, bukan gharib mutlak karena dinisbahkan kepada sesuatu tertentu, antara lain:
- Ke-gharib-annya dinisbahkan kepada rawi yang tsiqah (terpercaya) seperti pernyataan mereka, “Tidak diriwayatkan oleh seorang pun rawi tsiqah kecuali si fulan.”
- Ke-gharib-annya karena diriwayatkan oleh rawi tertentu dari rawi tertentu. Seperti pernyataan mereka, “Diriwayatkan secara menyendiri oleh fulan dari fulan,” meskipun diriwayatkan dari arah lain selain dia.
- Ke-gharib-annya pada penduduk negeri tertentu atau penghuni tertentu. Seperti pernyataan mereka, “Diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk Makkah,” atau “oleh penduduk Syam.”
- Ke-gharib-annya karena diriwayatkan oleh penduduk negeri tertentu dari penduduk begeri tertentu pula. Seperti pernyataan mereka, “Diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk Bashrah dari penduduk Madinah,” atau “Diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk Syam dari penduduk Hijaz.”
Pembagian Lain
Para ulama juga membagi hadits gharib dilihat dari sisi gharibnya sanad dan matan, yaitu:
- Hadits gharib matan dan sanad. Hadits yang matannya diriwayatkan oleh seorang rawi saja.
- Hadits gharib matan, bukan sanad. Seperti hadits yang matannya diriwayatkan oleh sekelompok sahabat, namun diriwayatkan secara menyendiri dari sahabat lainnya. Dalam perkara ini, Imam Tirmidzi berkata, “Hadits ini gharib dilihat dari aspek ini.”
Kitab-Kitab yang Memuat banyak Hadits Gharib
Yaitu kitab-kitab yang di dalamnya terdapat banyak hadits gharib
- Musnad Al-Bazzar
- Mu’jam Al-Ausath At-Thabrani
Kitab-Kitab Hadits Gharib yang Populer
- Gharaib Malik, karya Ad-Daruquthni
- Al-Afraad, karya Ad-Daruqthni
- As-Sunan allati Tafarrada bikulli Sunnatin minha Ahlu Baldatun, karya Abu Daud As-Sijistani
Sumber:
Ilmu Hadits Praktis, Dr. Mahmud Thahan: Pustaka Thariqul Izzah