Oleh: Shinta Ummu Zaydan (Pengajar TK Salman Alfarisi, Ketua Diklat LM DPD Sleman)
Muroja’ah : Santi Ummu Suhail (Herbalis, Ketua Diklat LMW)
Siapakah Yang Wajib Berdakwah?
Inilah uraian indah tentang syari’at berdakwah
Bismillahirrahmaanirrahiim ….
Allahumma shalli wa sallim ‘alaa nabiyyina Muhammad wa ‘alaa ahlihi wa ashhabihi ajma’in
Akhawatiy fillah, milik siapakah sesungguhnya amanah dakwah itu? Betapa banyak orang-orang yang menyeru saudaranya untuk berdakwah, menyampaikan kepada yang ma’ruf serta mencegah untuk melakukan kemungkaran. Namun pernahkah kita merenungkan siapa sebenarnya yang wajib berdakwah?
Barangkali masih ada sebagian yang lebih meyakini bahwa amanah dakwah itu lebih dibebankan kepada kaum lelaki saja, sehingga terkadang ghirah/semangat melakukan ‘amar ma’ruf nahi munkar bagi seorang wanita menjadi hal yang belum diutamakan.
Sekali lagi, coba kita renungkan ….
Ukhtiy rahiimakunnallaah, sesungguhnya dakwah adalah kewajiban dan tanggung jawab kita semua, termasuk para muslimah. Karenanya, tidak ada alasan bagi kita menunda atau bahkan meninggalkan sesuatu yang sesungguhnya wajib untuk kita lakukan.
Muslimah pun wajib berdakwah. Mengapa demikian? Berikut penjelasannya.
Berbahagialah karena Allah menyebut kita dengan khairu ummaat, umat terbaik. Lalu, apa yang mesti kita lakukan dengan gelar yang begitu indah tersebut? Yaa, tentu saja berdakwah, menyampaikan kebaikan dan menahan seseorang dari berbuat mungkar. Inilah yang sepantasnya kita lakukan sebagai bagian dari umat terbaik.
Ibarat berdagang, sudah barang tentu kita menginginkan sebuah keuntungan, sebaik-baik keuntungan …. Dan pedagang yang ingin sukses pastilah berpikir bagaimana agar ia tidak merugi.
Wahai muslimah, jangan sia-siakan waktu hidup yang tidak lama ini dengan berlama-lama dalam kerugian. Sesungguhnya waktu kita teramat singkat, maka jangan terlena dalam kefanaan.
Wahai muslimah yang dicintai Allah! Tentu dengan usia saat ini, kita telah menabung cukup ilmu di dalam diri. Maka ketika telah mendengarkan sebuah kebenaran, jatuhlah nisab kita. Artinya, kita telah memiliki amanah untuk menyampaikannya kepada orang lain. Dan jangan khawatir, insyaAllah semua menjadi ringan jika niat kita benar.
Beberapa Firman Allah yang mengisyaratkan seruan untuk berdakwah juga terdapat pada beberapa ayat berikut.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.”
“Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Itulah beberapa alasan yang menunjukkan bahwa setiap muslim/muslimah memiliki amanah dakwah yang wajib ditunaikan. Jika seorang muslim telah memiliki minimal 1 pengetahuan tentang ayat Allah, baik dengan cara menghafal, memahami, lalu kemudian mengamalkannya, maka telah ada pada dirinya kewajiban untuk berdakwah.
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam khutbahnya senantiasa mengingatkan para shahabat agar yang hadir pada majelis beliau menyampaikan kepada yang tidak hadir. Terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “falyuballigh asy syahiidu al ghaaiba ….”
Jika kita menengok lembaran sejarah para shahabat dan tabi’in, banyak teladan yang bisa kita ambil dari kehidupan mereka. Mereka adalah generasi awal yang senantiasa mendakwahkan risalah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada orang-orang di sekitar mereka. Adalah salah seorang utusan (wafd) dari kaumnya bernama Abdil Qais, ia tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama dua bulan. Selanjutnya ia diperintahkan untuk menyampaikan apa yang sudah dia peroleh selama bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kaumnya.
Hal ini pun pernah terjadi pada para utusan Bani Laits. Ketika itu terdapat para pemuda yang membersamai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama 20 hari. Kemudian mereka kembali kepada kaumnya dan langsung menunaikan amanah berupa dakwah, yakni mengajari kepada penduduk apa-apa yang telah diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demikianlah contoh dari generasi terbaik, di mana kehidupan mereka senantiasa dihiasi dengan amal dan dakwah, wujud ketaatan kepada seruan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi tak perlu ragu lagi, inilah jalan kita, jalan dakwah. Memikul dakwah untuk menegakkan dien Allah di atas jalan yang haq, yakni jalannya orang-orang shalih terdahulu. Allahu a’lam.
(Diringkas dari: Dauroh Muballighat pada Jum’at 1 Januari 2010 dengan pemateri Abu Yusuf)