Ilmu lagi…Ilmu lagi…
January 24, 2016Agama ini bukan PRIORITAS paling PENTING
February 3, 2016Cahaya Senja (Dimanakah Kalian Wahai Pemuda?)
Kulitnya putih dan berwajah cantik. Dia satu dari sekian banyak muslimah yang datang untuk melakukan tes membaca Al-Qur’an untuk keperluan program tahfidz liburan yang kami adakan di hari ahad pekan lalu. Kedatangan awalnya ke masjid kampus UGM bukanlah untuk hal itu melainkan mengikuti kajian rutin ahad pagi. Namun karena melihat muslimah lain sedang mengantri untuk tes, melihat muslimah yang lainnya bersemangat membaca dan menghafal Al-Qur’an, maka hatinya pun ikut terpanggil.
Ketika dia sudah duduk di hadapan kami siap untuk dites, perkenalan singkat membuat kami tahu bahwa wanita yang satu ini berasal dari kota yang jauh yakni dari kota Gorontalo, sebuah kota di Utara Sulawesi. Percakapan pun semakin akrab karena banyaknya kesamaan di antara kami, salah satunya kesamaan asal daerah, sama-sama dari pulau Celebes.
Sampai di sini mungkin ada yang bertanya-tanya; Lalu apa istimewanya wanita yang satu ini? Bukankah di hari itu, banyak muslimah yang berkulit putih dan berwajah cantik mengikuti tes? Ya, betul sekali. Di hari itu kami bertemu banyak wanita cantik dan berkulit putih, tapi dialah satu-satunya muslimah yang berkulit putih, berwajah cantik, dan keriput mulai jelas menghiasi wajahnya yang senja.
Dia adalah wanita berusia 50 tahunan. Ia melanjutkan S3 di Universitas Gajah Mada Jurusan Sastra. Ia tinggal di sebuah kontrakan yang jaraknya tidak bisa dikategorikan dekat dari kampus UGM sehingga untuk datang ke Maskam UGM setiap ahad, ia harus naik bis dan pulang pun juga harus demikian. Atau jika sedang tidak beruntung karena bis tak kunjung muncul juga, maka ia akan naik becak.
Sekarang, coba pikirkan. Mungkin saat ini kau telah mengetahui sisi istimewa dari dirinya. Tepat. Itulah sisi istimewanya. Di usianya yang sudah senja, di saat tubuhnya sudah tak selincah kala muda, saat ia dibebankan dengan tugas kuliah S3, di saat kebanyakan teman-teman seusianya memilih bersantai di rumah, dia memilih jalan yang berbeda.
Di setiap pagi di hari ahad ia selalu mendatangi masjid kampus UGM untuk mengikuti kajian rutin. Kajian dimulai jam 6.30, maka jangan tanyakan jam berapa ia harus berangkat dari tempat tinggalnya. Ia juga selalu mencari kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktunya selama di Jogja. Sebelumnya, dia juga pernah akan mendaftarkan diri pada program bahasa Arab yang diadakan adik-adik LDK UGM. Masyaa Allah.
Duhai saudariku yang masih muda, masih memiliki sejuta semangat, masih memiliki badan yang sehat nan lincah, tidakkah kau malu dan merasa tersindir? Tahukah engkau duhai saudariku, ketika dia mulai membaca Al-Qur’an dan menghafalkan sebuah surat, air mata ini tak mau kompromi. Ia jatuh tanpa malu-malu. Bagaimana tidak? Satu muslimah berusia senja mengalahkan puluhan bahkan ratusan muslimah berusia muda belia yang sibuk dengan urusan dunia mereka, urusan yang tidak menjamin mereka berakhir bahagia di dunia maupun di akhirat.
Dimana kalian wahai para pemuda tatkala ia menunggu bis akan ke masjid? Padahal kalian hanya butuh melangkah tak jauh atau menghidupkan kendaraan dan menempuh jarak sebentar untuk tiba di masjid. Dimana kalian wahai para pemuda tatkala ia harus berdesak-desakan dan kepanasan di dalam bis? Padahal kalian cukup duduk nyaman di atas kendaraan untuk sampai ke masjid. Dimana kalian wahai para pemuda, disaat ia duduk di salah satu saf, mencatat materi kajian? Padahal kalian lebih kuat dan lebih baik dalam menulis. Dimana kalian wahai para pemuda, di saat ia menghafalkan beberapa ayat dalam Al-Qur’an? Padahal kalian lebih baik dan lebih kuat ingatannya. Di mana kalian? Kalian sibuk dengan urusan dunia yang sampai kapanpun akan menyibukkan dan akan menjauhkanmu dari agamamu!
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dunia adalah terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah, perkara-perkara yang membantu dzikir kepada Allah, dan orang yang mempelajari ilmu agama.” (HR. At-Tirmidzi)
_Ukhty HD_ (Jogja, 31/01/2016)
———————-
Teruntuk Ibu Rahmi, syukran atas pelajaran hidup yang telah engkau ajarkan kepada kami yang masih muda ini. Semoga Allah senantiasa memberkahi umur ibu dan memberikan limpahan Rahmat dan kasih sayang-Nya. Semoga Allah mempertemukan kita kembali di kesempatan yang lain dalam keadaan iman yang lebih baik. Dan pertemuan terbaik yang kami harapkan adalah pertemuan Surga-Nya kelak.
Harapan kami, semoga semakin banyak ibu Rahmi yang lain di lua sana. Dan semoga yang masih muda bisa mengambil hikmah sehingga tergerak hatinya untuk berubah menjadi lebih baik, untuk mau belajar ilmu agama.