Hakikat Takwa
January 19, 2011Tipu Daya Setan
January 19, 2011Melawan Hawa Nafsu
Lalai dan syahwat adalah sumber keburukan, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “…dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya (hawa nafsunya) dan keadaannya sudah melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Hawa nafsu tidak berdiri sendiri dalam melakukan keburukan kecuali disertai dengan kebodohan, sebab jika ia mengetahui bahwa sesuatu itu berbahaya dan berdosa untuk dilakukan, maka secara otomatis ia akan menolaknya untuk mengerjakan hal itu. Karena Allah Ta’ala telah menjadikan dalam jiwa kecintaan terhadap apa yang mendatangkan manfaat dan membenci sesuatu yang berbahaya.
Oleh sebab itu, musibah terbesar adalah sesuatu yang datangnya bukan hanya dari nafsu semata, karena setan membuat indah kejelekan dan menyuruhnya untuk melakukannya serta menyebut kebaikan-kebaikan yang terdapat padanya, tetapi tidak menyebutkan madharatnya. Sebagaimana yang dilakukan iblis terhadap Adam dan Hawa, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuld) dan kerajaan yang tidak akan binasa? lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka.” (QS. Thaha: 120-121)
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman seraya mengingatkan, “Dan barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Allah yang Maha Pengasih (Al-Qur’an),kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Az-Zukhruf: 36-37)
Kebodohan Menyeret Kepada Perbuatan Buruk
Asal mula yang menjerumuskan manusia kepada keburukan adalah kebodohan, karena dengan ketiadaan ilmu maka hal itu akan membawanya kepada bahaya yang lebih besar, atau menyangka bahwa sesuatu itu dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar. Oleh karena itu, para sahabat berkata, “Setiap yang mendurhakai Allah berarti dia orang bodoh.”
Mereka memahami hal tersebut berdasarkan penafsiran mereka terhadap firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertaubat.” (QS. An-Nisa’: 17)
Berdasarkan hal ini, maka suatu kondisi yang didalamnya banyak dilakukan keburukan dan kemaksiatan, maka hal tersebut dinamai dengan masa jahiliyah karena dengan melakukannya sama dengan orang-orang bodoh.
Sumber:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 2008. Tazkiyatun Nafs terjemah: M. Rasikh dan Musli Arif.Jakarta Timur: Pustaka Darus Sunnah Press