Life is Choice
HAM, istilah yang dijadikan tameng oleh banyak manusia untuk melindungi keyakinan yang dipegang teguh olehnya. Tidak peduli keyakinannya benar atau salah, maka ia bebas berlindung dibalik tameng HAM. Kaum homo dan lesbian menjaga eksistensinya dengan berlindung dibalik HAM. Para penganut keyakinan sesat pun demikian, berlindung dibalik HAM. Emansipasi wanita pun timbul karena mereka merasa wanita selama ini dipenjara oleh budaya patriarkal, sehingga mereka menggunakan HAM untuk meraih kebebasan yang sebebas-bebasnya.
HAM memang ibarat kotak sampah yang didalamnya berisi kotoran yang sudah bercampur dan bermacam-macam. Dibalik HAM berisi kotoran bernama kebebasan gender, kemerdekaan seksual, penyimpangan agama, bahkan pemikiran yang tanpa batas berlindung dibalik topeng HAM. HAM memang menjadikan manusia bebas bertindak tanpa takut adanya hukuman dari norma yang ada dalam masyarakat. Manusia diajarkan untuk bebas berbuat sesuka hatinya dan bebas menentukan jalan hidupnya.
Hidup adalah pilihan. Pilihan bagi kita untuk menentukan jalan-jalan kehidupan yang ingin kita lalui. Bisa jadi, pilihan itu benar, bahkan bisa jadi kita tersesat ketika menelusuri jalan-jalan tersebut. Menjadi manusia bertakwa adalah pilihan, begitu pula menjadi manusia maksiat, itu adalah pilihan. Manusia diberikan akal untuk berpikir. Demikian halnya pula manusia diberi motivasi atau kehendak dalam dirinya untuk berusaha. Akal dan kehendak merupakan bekal manusia untuk menentukan jalan kehidupannya.
Manusia dihadapkan pada banyaknya simpangan jalan kehidupan. Setiap keputusannya untuk menentukan jalan mana yang ia pilih, maka ia harus siap menanggung resikonya. Ketika ia telah menapaki suatu jalan, ia harus bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. Menjadi manusia berilmu merupakan pilihan, dan ia harus bertanggung jawab serta siap menerima resikonya. Lelah membaca dan belajar merupakan resiko yang harus ia terima. Kemudian ia juga harus bertanggung jawab untuk menyebarkan ilmu yang telah diperolehnya. Menjadi orang bodoh pun sebuah pilihan. Pilihan baginya untuk menjadi orang yang santai, bermalas-malasan, menghindar dari kesulitan, dan lalai atas waktu dan harta. Namun ia harus siap dengan resiko sebagai pekerjaan rendahan, tidak mulia dimata manusia dan Tuhannya, serba kebingungan menghadapi problema, dan mudah diombang-ambing oleh realita.
Agama Islam telah menjelaskan dengan detail tentang jalan yang seharusnya manusia tempuh. Jalan antara kebenaran dan kebathilan dengan jelas diterangkan dalam pedoman Al-Qur’an maupun sunnah. Namun begitu, Islam tidak memaksa orang-orang kafir untuk masuk ke dalam Islam. Mengapa? Karena hidup adalah pilihan, dan setiap orang bertanggung jawab atas setiap pilihannya. Silahkan orang-orang kafir mengikuti jalan hidupnya. Namun mereka tetap akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah Ta’ala kelak atas pilihan hidupnya. Didunia mungkin saja ada abu-abu diantara hitam dan putih. Tapi diakhirat telah terpisah jelas, hanya ada hitam atau putih. Yang ada hanya surga atau neraka. Surga hanya bagi mereka yang mengikuti agama Allah, sedangkan neraka khusus bagi mereka para pembangkang syariat Allah. Orang-orang beriman tentu menentukan jalan pilihannya diatas ketakwaan. Namun dengan resiko yang tentu juga berat dan tanggung jawab yang tidak pula ringan. Ia harus kuat menahan hawa nafsu dan syahwatnya agar tidak terjerumus dalam lubang kemaksiatan. Begitu pula ia harus menuntut ilmu secara mendalam supaya terhalangi syubhat dan kebodohan. Demikian juga ia harus bersabar dalam amal ketaatan. Orang yang menentukan pilihan diatas jalan ketakwaan,
Hidup memang pilihan. Pilihan untuk menjadi apapun. Jalan manapun bebas kita lalui. Namun, kita harus bertanggung jawab atas setiap pilihan yang telah kita tentukan. Dan sanggupkah kita mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah kelak? Silahkan jalani arah hidup yang menjadi pilihan Anda. Namun jangan lupa, siapkan diri Anda untuk mempertanggung jawabkannya di akhirat kelak, karena disanalah perjalanan akhir hidup kita semua. Dan diakhirat hanya ada dua jalan pilihan, tersenyum di surga atau merana di neraka. Tentukan pilihan Anda. Wallahua’lam.