Rambu-Rambu Dalam Manhaj Tarbiyah Nabawiyah (bag. 4)
September 29, 2012Tarbiyah Jaadah (bag. 1)
October 7, 2012Dunia Sedang Mencari Agama
Oleh: Yayat Hidayat
(Ketua Program Kulliyyatul Muballighin Al-Madinah Yogyakarta)
Studi-studi agama yang telah berkembang dalam abad modern sekarang ini semenjak satu abad lebih telah berhasil menyingkapkan beberapa hal yang pantas memperoleh perhatian. Pertama, bahwa beragama adalah sifat umum semua manusia, baik manusia modern maupun manusia primitif. Tidak pernah ditemukan satu bangsa pun yang tidak beragama, dan tidak pernah pula ditemukan satu suku primitif pun sebelum zaman sejarah yang meninggalkan peninggalan, yang tidak melukiskan kepercayaan kepada sesuatu, atau mengakui bahwa dibalik alam yang dapat diindera ini terdapat alam lain yang tidak kelihatan, yang berisi sesuatu kekuatan yang selalu dicari dan diharapkan pertolongannya.
Pada pertengahan abad XIX studi tentang agama-agama primitif semakin giat dilakukan dan telah menghasilkan petunjuk tentang adanya kaitan erat antara agama-agama primitif itu, begitu pula tentang adanya kesamaan-kesamaan antara berbagai kepercayan dan adat istiadat.
Penganut aliran materialisme tentang agama sampai masa seratus lima puluh tahun terakhir ini mengatakan bahwa manusia, semenjak ia mampu berpikir dan semakin besar kemampuannya berfantasi dan menganalisa; terpaksa berusaha melepaskan diri dari ketakutan yang selalu menghantuinya dan bahaya yang selalu mengancamnya dari segenap penjuru, dengan mencari perlindungan yang bisa mengurangi perasaan takutnya itu, walaupun hal itu hanyalah khayalan saja. Ia lalu mencari perlindungan kepada fantasinya, lalu membayangkan adanya alam yang lebih tinggi di balik alam ini yang penuh dengan Tuhan-Tuhan, asisten-asisten Tuhan dan malaikat-malaikatnya. Dan alam yang luas ini selalu memberikan hidup dan kehidupan manusia, tapi suatu saat menampakkan kekejamannya, dari kejadian itu tumbuh nilai pribadi bersifat dermawan kepada sebagian orang dan kikir kepada yang lain. Bayangan ini selalu melekat dalam pikiran mereka sehingga mereka menciptakan hal-hal yang harus mereka kerjakan, baik berupa upacara-upacara dan hadiah-hadiah lainnya, berupa makanan dan berbagai macam ibadat: hadiah lainnya, berupa makanan dan berbagai macam ibadat: rukuk, sujud, puasa, berperang, dan sebagainya. Dari situasi yang sederhana inilah agama-agama besar yang dikenal sekarang ini muncul, yang masing-masing mengandung watak dan tabiat para pendirinya, yaitu orang-orang yang mempunyai ambisi yang besar, atau tokoh-tokoh yang mempunyai daya pikir yang besar seperti Paskal, Jole Simon, dan Ernest Renan yang berhasil mencapai keyakinan tentang adanya pencipta yang Maha esa dan Maha suci. Para penganut materialisme tidak sampai ke tingkat kesimpulan itu, tetapi terhenti hanya pada indera dan menyangka bahwa seluruh yang dapat dicapai manusia dengan akalnya hanya bisa diperoleh dengan panca indera.
Tetapi penganut-penganut spiritualisme, yang kita maksudkan adalah mereka meyakini bahwa alam ini terjadi dari dua unsur yaitu unsur materi dan unsur bukan materi, menegaskan bahwa manusia akan mampu mencapai alam roh dengan potensi yang terkandung dalam dirinya sendiri. Tanpa potensi itu ia tidak akan bisa merasakan dan menemukan alam roh itu. Dalam kenyataan manusia itu kendatipun pada tingkat yang paling primitif sangat merasa tergantung kepada alam roh itu lebih daripada ketergantungannya kepada dunia materi. Orang yang memperhatikan perasaan wajibnya ibadat, mempersembahkan korban, dan pengekangan-pengekangan diri, akan melihat bahwa pengaruh dunia roh terhadap dirinya demikian hebat yang tidak mungkin dimengerti dengan paham materialisme. Bila memang rasa takut hidup sengsara itu merupakan faktor yang memaksa manusia untuk mencari tempat perlindungan ke dunia yang metafisis, maka tekanan keterpaksaan itu tentu akan semakin berkurang dengan semakin diketahuinya sebab-sebabnya. Akan tetapi kenyataannya bukanlah demikian. Para ahli masih terus memburu alam roh itu dengan gencar yang membuat orang-orang yang tidak mengerti dan jahil semakin tercengang. Tidak sampai terlintas pula dalam pikiran, seorang ahli fisika seperti Pascal, politikus ulung seperti Joule Simon, dan kritikus dan filosof besar seperti Ernest Renan, yang masih saja terpaut oleh pengaruh metafisis dan sesuatu yang tidak diketahui, serta tidak mampu melepaskan diri dari pengaruh itu sekalipun mereka sudah mencapai tingkat tertinggi dalam filsafat dan buah pikiran yang benar.
Dengan demikian tidak dapatlah disangkal bahwa teori filosof-filosof materialistik itu tidak dapat dipertahankan, termasuk pendapat ahli-ahli yang tidak mengakui agama-agama buatan, seperti misalnya Guyo, mengatakan dalam bukunya Atheisme Pada Masa Yang Akan Datang: “Teori filosof-filosof materialistik semenjak lama menunggu saat dapat menguasai rasio secara mutlak. Memang banyak yang menyetujuinya tetapi hasil yang diperoleh jauh sama sekali daripada hasil yang diperolehnya, sedangkan sekarang jelas sekali bahwa teori itu sangat lemah.