Cinta Terlarang
February 10, 2013
Fatwa Lajnah Daimah : Rukun-Rukun Islam (8)
February 19, 2013

Fatwa Lajnah Daimah : Rukun-Rukun Islam (7)

Fatwa Lajnah Daimah

Oleh : Ustadz Dede Iskandar

1. Penghisaban diambil dari apa yang terlintas dalam diri manusia serta dari keragu-raguan

Pertanyaan: Apakah manusia dihisab dengan apa yang terdapat dihatinya?
Jawaban: Alloh Maha Lembut terhadap hambaNya, Maha Penyayang bagi seluruh mahklukNya, dan dari sebagian rahmatNya bahwasanya tidak membebankan atas apa yang mereka tidak kuat untuk menanggungnya, dan tidak diambil perhitungan dengan apa yang terlintas serta keraguan dalam diri manusia, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam riwayat Abu Hurairoh radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Sholallahu alaihi wasalam bersabda:

إن الله تجاوز لأمتي عما حدثت به أنفسها ما لم تكلم أو تعمل به

“Sesungguhnya Alloh mengampuni bagi umatku atas apa yang terjadi dalam dirinya selama belum berbicara atau melakukannya.”

Dan dalam Musnadnya Imam Ahmad berkata: kami diberitahukan dari Affan, diberitahukan dari Abdurrahman bin Ibrahim, saya diberitahukan dari `Ala bin Abdirrahman dari ayahnya, dari Abu Hurairoh berkata: berdasarkan apa yang telah turun kepada Rasulullah sholallahu alaihi wasalam:

لِّلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَإِن تُبْدُوا مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللَّهُ ۖ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ

وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِير

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Baqoroh : 284)
Perkara itu menjadi pergunjingan yang sangat hebat dikalangan para sahabat, kemudian mereka mendatangi Rosulullah Sholallahu alaihi wasalam kemudian duduk berlutut, mereka berkata: Wahai rasulullah, kami dibebankan atas suatu pekerjaan apa yang kami bisa mengerjakannya seperti sholat, puasa, dan jihad serta shodaqoh, dan sungguh telah turun  kepadamu ayat ini (yakni Surah Al-Baqoroh:284) dan kami tidak dapat menanggungnya.

Maka berkata Rosulullah sholallahu alaihi wasalam:

أتريدون أن تقولوا كما قال أهل الكتابين من قبلكم : سمعنا وعصينا ؟ بل قولوا : سمعنا وأطعنا غفرانك

ربنا وإليك المصير فلما أقر بها القوم وذلت بها ألسنتهم أنزل الله في إثرها)): آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ

مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا

وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ(( البقرة:285 فلما فعلوا ذلك نسخها الله فأنزل الله:(( لا يُكَلِّفُ اللَّهُ

نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ

عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا

وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ)) البقرة:286

“Apakah kalian ingin mengatakan sebagaimana orang-orang Ahlu Kitab (yakni yahudi dan nasrani) katakan sebelum kalian: kami mendengar dan kami mengingkarinya? Akan tetapi katakanlah oleh kalian! Kami dengar dan kami taat kami berharap pengampunanmu ya Tuhan kami dan kepadaMulah kami kembali, dan ketika suatu kaum menetapkan akan hal itu maka Alloh menurunkan Surah Al-Baqoroh:285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Dan ketika mereka melakukan apa yang diperintahkan sesuai dengan hukum yang terkandung dalam ayat diatas maka Alloh menasikhnya (menghapus nya) kemudian Alloh menurunkan ayat berikutnya Surah Al-Baqoroh:286“.
Yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Fatawa lajnah daimah, kumpulan kedua, jilid 2, halaman no:484

 

2. Apa yang dimaksud dengan “dalam naungan arasy”

Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan naungan yang disebutkan dalam sebuah hadis Nabi Sholallahu alaihi wasalam: tujuh golongan yang akan Alloh naungi dibawah naungannya pada hari tidak ada naungan selain naungan dariNya (Allah Subhanahu wa Ta`ala)(al-hadis).

Jawaban: Yang dimaksud dengan naungan (dzil) dalam hadis adalah naungannya arasy yang Maha Rohman Tabaroka wa Ta`la,  sebagaimana yang datang sebuah hadis sebagai penjelasan diriwayatkan oleh Salman radhiallahu anhu dalam Sunan Sa`id bin Mansur dan disebutkan di dalamnya (tujuh golongan yang akan Alloh naungi dibawah naungan arasy. Derajat hadisnya sanadnya hasan dalam fathul bari 2/144).

Dan berkata Al-Hafidh Ibnu Rojab rahimahullah, di akhir penjelasannya untuk hadis ini (dari Shohih Bukhori 6/51) dalam nashnya. Dan Imam Ahmad dan Tirmidzi menshohihkannya, dari  hadis Abu Hurairoh radhiallahuanhu dari Nabi Sholallahu alaihi wasalam bersabda: barang siapa yang melepaskan tunggakan utang pada yang mengutang atau menghapuskannya maka dia akan berada dibawah naungan arasy pada hari kiamat.

Dan telah mengisyaratkan Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitab Al-Wabil Assoyib dan diakhir kitabnya Roudhotul Muhibbin pada makna yang telah disebutkan.

Fatawa lajnah daimah, kumpulan kedua, jilid 2, halaman no:485

3. Syafaat Nabi bagi Pelaku Dosa Besar

Pertanyaan: Saya ingin bertanya mengenai hadis yang telah saya dengar dan apakah itu shohih atau hasan atau maudu` atau selainnya yaitu: Rosulallahu Sholallahu alaihi wasalam bersabda:
syafa`atku bagi pelaku dosa-dosa besar dari umatku”. Jazakullahu khoiron. Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Jawaban: hadis yang disebutkan dalam syafa`at Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wassalam bagi pelaku dosa-dosa besar dari umatnya adalah shohih tsabit.

Fatawa lajnah daimah, kumpulan kedua, jilid 2, halaman no:488

 

4. Bertemunya Para Bapak dengan Anak-Anaknya di dalam Surga

Pertanyaan: Apakah kita akan bertemu dengan anak-anak kita di akhirat? dan kita semua berharap seperti itu. Kami berharap dari anda penjelasan mengenai hal ini, dan tunjukkanlah kepada kami apa yang menurut anda baik, jazakumullahu khoiron.

Jawaban: Alloh Jalla wa`ala telah mengabarkan sesungguhnya dengan keutaman dariNya, dan kemulianNya menjadikan  pertemuan antara keluarga orang-orang mukmin dengan ayah-ayahnya dalam satu manzilah ( sama) walaupun belum sampai pada kedudukannya dalam beramal. Maka Alloh ta`ala berfirman:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا

كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” (QS. At-Tur:21)
Dan Ibnu Katsir menyebutkan dari riwayat Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwasanya dia berkata: sesungguhnya Alloh akan meninggikan derajat keturunan orang-orang mukmin dan walaupun mereka satu sama lainnya dalam beramal saling berdekatan pandangannya, kemudian menyebutkan ayat yang tadi.

Fatawa lajnah daimah, kumpulan kedua, jilid 2, halaman no:490