Ga Perlu Menunda Bahagia
January 12, 2014Memahami dan Menyikapi Perbedaan Secara Islami
January 20, 2014Untukmu yang Masih Bergelimang Maksiat
Saudaraku …, apa yang engkau cari dalam kehidupan ini? Kebahagiaan dan kedamaian hidupkah? Apakah engkau menemukannya dalam tarian dan lenggak-lenggokmu? Apakah engkau menemukannya dalam hiruk pikuk dunia malam yang gemerlap dan bising dengan nyanyian setan? Benarkah engkau menemukannya dalam setiap tegukan khamr dan isapan rokokmu? Benarkah engkau menemukan kepuasan setelah menyakiti dan menyiksa jiwa lain dengan sepak terjangmu? Ambillah jeda, wahai saudaraku. Tanyakan semua itu pada hati kecilmu dan berikan jawaban yang jujur pada dirimu sendiri.
Saudaraku …, percayalah, kebahagiaan tidaklah ada di sana. Kebahagiaan tidak akan pernah engkau temukan di tempat-tempat yang engkau datangi itu. Mungkin engkau belum menyadari, betapa kebahagiaan itu begitu dekat denganmu, bahkan kebahagiaan itu bersemayam di dalam hatimu. Mungkin engkau bertanya, “Benarkah? Kalau kebahagiaan itu bersemayam dalam hatiku, mengapa sama sekali aku tidak merasakan kehadirannya?” Yah …, mungkin karena hatimu masih tertutup, saudaraku. Tertutup oleh kelamnya maksiat dan kedurhakaan. Karenanya, engkau tidak dapat menyingkap tabir untuk menemukan kebahagiaan dalam hatimu. Kebahagiaan yang sebenarnya hadir dalam hati yang senantiasa tunduk dan takut pada-Nya. Hati yang selalu menyadari akan pengawasan-Nya di setiap gerak langkah hidupnya.
Engkau memberikan tabir kelam pada hatimu sendiri. Engkau menambahkan noda demi noda pengkhiatan dalam hatimu sehingga tak lagi kau lihat cahaya-Nya yang menentramkan. Bagaimana engkau bisa melakukan semua itu, saudaraku? Allah-lah yang memberimu segala rupa kenikmatan hidup, tapi apa balasanmu? Engkau membalas segala kebaikan-Nya dengan pengkhianatan.
Tangan yang begitu mulus Dia hadiahkan untukmu, tapi justru engkau gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Rambut indah Dia berikan padamu agar engkau bisa berhias untuk suamimu, tapi engkau malah memamerkannya kepada semua lelaki, padahal Dia menyuruhmu menjaga aurat. Dia melengkapimu dengan kedua kaki yang kuat dan indah supaya kuat berdiri dalam shalatmu, tapi justru kaki itu engkau gunakan untuk berlari menjauh dari perintah-Nya. Kedua mata indah itu Dia titipkan padamu agar bisa menikmati barisan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tapi mengapa engkau justru menggunakannya untuk melihat gambar-gambar porno?
Saudaraku …, sudah merasa hebatkah dirimu sehingga tidak ada apa pun yang engkau takuti? Benarkah? Benarkah tubuhmu yang kekar dan kuat itu bisa mencegah kematian yang datangnya tiba-tiba? Adakah engkau punya obat penangkal yang bisa membuatmu terbebas dari kematian? Ataukah engkau mempunyai tempat untuk bersembunyi darinya? Padahal Allah berfirman, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS Al-Anbiya [21]: 35). Di ayat lain, Allah juga berfirman, “Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang ….” (QS Al-Munafiqun [63]: 11). Kita akan dipaksa untuk meninggalkan kehidupan ini, saudaraku, camkan itu!
Wahai orang yang ridha untuk rugi dan sengsara, sadarilah bahwa urusanmu membahayakanmu. Mengapa engkau terus saja dalam kelalaian sedangkan orang-orang di sekitarmu telah pergi selamanya? Apakah engkau berpikir, kematian yang menyergap jiwa seseorang itu akhir dari kisahnya? Sekali-kali tidak, wahai orang yang diperintahkan beramal! Akan datang masa setelah itu di mana setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawaban. Mengapa engkau melupakan hal itu, wahai orang yang seluruh perbuatannya dicatat?
Dapatkah engkau memastikan tempat tinggalmu di alam keabadian kelak? Adakah yang menjaminmu bakal mendapat kenikmatan abadi sehingga dengan beraninya engkau habiskan umur untuk berfoya-foya? Duhai jiwa yang terlena dengan dunia yang fana, andai engkau tahu kecelakaan yang menimpa para pelaku maksiat …. Mereka dibangkitkan dari kubur dengan keadaan linglung. Menghadap Rabb-nya dengan tangan terbelenggu. Menjerit-jerit dan terguncang. Digiring kepada kobaran api yang menyala-nyala. Tak ada minuman sementara kerongkongan begitu mencekik. Tak ada makanan sementara perut terasa teriris.
Duhai jiwa yang diseru untuk mendapat keselamatan tapi malah berpaling! Mari lunakkan hati. Selagi ruh masih melekat di jasad, selagi buku catatan amal masih terbuka, masih ada kesempatan untuk berbenah. Bulatkan tekad dan lakukan satu langkah: taubat! Percayalah, Allah senantiasa membuka pintu maaf-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun, Maha Bijaksana.’” (QS Az-Zumar [39]: 53)
Karenanya, mari kita kembali ke jalan yang sudah Dia berikan kepada kita, jalan yang dapat menuntun kita pada kebahagiaan sejati dan kelezatan menatap wajah-Nya. Mari bersegera, saudaraku, karena kita tidak pernah tahu kapan nikmat hidup ini Dia cabut dari kita. Jangan sampai kita menyesal pada saat penyesalan itu tidak berguna sama sekali. Ingatlah firman Allah, “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya.” (QS Az-Zumar [39]: 54-55)
Wahai jiwa yang telah jauh tersesat! Apa pun kemaksiatan yang telah engkau lakukan, jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya. Tengadahkan tanganmu dan mohon ampunlah kepada-Nya, bertaubatlah dengan sebenar-benarnya taubat. Maka engkau akan menjumpai betapa Dia Maha Penerima Taubat, Maha Pengampun.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat semurni-murninya ….” (QS At-Tahrim [66]: 8)
“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ma’idah [5]: 74)
Semoga Allah menganugrahkan kemuliaan kepada kita. Melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran dan menerangi hati kita dengan cahaya keimanan. Semoga kita senantiasa istiqamah dalam menempuhi jalan kebenaran hingga datang ketetapan yang telah dijanjikan untuk kita (kematian).
(ummi santi)