KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH DAN AMALAN YANG DISYARIATKAN
September 25, 2014
Menyikapi Dunia
September 27, 2014

Mengambil Ibrah Keteguhan Nabi Ibrahim Dalam Dakwah

Oleh Ustad Fadlan Akbar, Lc (Dosen STIBA Makassar)

Negeri Babil/Babilonia yang berada di tepi sungai Tigris Bagdad Iraq adalah Negeri yang dikarunia tanah gembur nan subur, masyarakatnya hidup makmur, berlimpah aneka macam rezeki dari sumber-sumber pertanian, peternakan dan perdagangan, kehidupan mereka benar-benar dipenuhi kenikmatan dan kesenangan, sehingga sikap hidup foya – foya menjadi tabiat dan kebiasaan harian mereka.
Alih–alih mensyukuri limpahan nikmat kesejahteraan hidup yang Allah berikan kepada mereka itu, dengan melakukan ketaatan kepada Allah, serta mentauhidkan-Nya dalam ibadah, justru masyarkat Babilonia memenuhi kampung mereka dengan ritual–ritual kesyirikan, menyembah kepada selain Allah.

Pepohonan, batu, matahri, bulan dan bintang-bintang pun mereka akui sebagai Tuhan, bahkan yang lebih bodoh dari itu, mereka membuat patung-patung dengan tangan mereka sendiri, lalu menjadikannya sebagai tuhan-tuhan yang disembah…nauzubillahi minzalik.
Keadaan buruk dan keji ini, menyebabkan Allah menimpakan kehinaan kepada mereka, dengan menjadikan Namrud bin Kan’an sebagai raja yang menguasai negeri Babilonia, lelaki durhaka ini demikian bangga dengan harta dan kekuasaannya , angkuh dengan kekuatan bala tentara yang dimilikinya, setelah ia melihat keadaan rakyatnya yang telah diliputi kebodohan, diselimuti gelapnya kesyirikan, rela menghinakan diri dihadapan berhala-berhala pahatan, keadaan inipun dijadikan kesempatan emas bagi Namrud untuk mengangkat dirinya sebagai Tuhan, ia mewajibkan rakyatanya untuk menyembah merendahkan diri di bawah telapak kakinya dan akhirnya memerintah mereka dengan penuh kedzholiman dan kesewenangan.

Demikianlah keadaan pemimpin suatu negri, ia tidak akan jauh berbeda dengan keadaan penduduk negri tersebut, jika saja penduduk negerinya baik maka insyaallah pemimpin yang akan muncul ditengah- tengah mereka akan baik pula, namun jika sebaliknya, maka pemimpin buruk dan zhalimlah yang akan memimpin mereka.
Allah berfirman :
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (الأنعام : 129)
Dan demikianlah kami jadikan sebahagian orang-orang zhalim itu sebagai pemimpin atas sebahagian mereka disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri. (QS. Al-An’am : 129 ).

Imam Ad Daiylamiy meriwayatkan sebuah atsar dari Abu Bakrah yang menyatakan :
كما تكونوا يولى عليكم
Sebagaimana keadaan kalian maka seperti itulah pemimpin yang akan diangkat untuk kalian (HR. Ad-Daylamiy dgn sanad yg lemah ).

Ditengah-tengah penduduk seperti inilah Nabi Ibrahim dilahirkan, ritual kesyirikan menyebar bagaikan jamur dimusim hujan, tak ada satu rumahpun kecuali di dalamnya telah disedikan patung yang disembah, bahkan ayahnya sendiri adalah penganut fanatik agama panganisme itu dan termasuk salah seorang pembuat patung-patung yang disediakan untuk menjadi tuhan-tuhan selain Allah.

Ketika Nabi Ibrahim –alaihissalam– telah mencapai usia baligh, nuraninya berontak mengingkari apa yang ia saksikan, akal sehatnya tidak dapat menerima apa yang dilakukan oleh masyarakatnya , fitrahnya terusik dan terganggu oleh ritual-ritual syirik yang keji itu, hatinya tersayat oleh kemungkaran yang merajalela tanpa ada seorangpun yang bangkit mengingkarinya, terlebih ketika kesyirikan itu justru dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri, maka semakin pilulah perasaan Nabi Ibrahim.

Malam hari ia lalui dalam perenungan yang dalam, tentang metode yang tepat untuk menasehati kaumnya dan disiang harinya ia lalui dalam tekanan perasaan yang sangat menyakitkan, kala menyaksikan kesyirikan itu dilakukan secara demonstratif dihadapannya, hal ini tidak mungkin ia biarkan berlalu begitu saja, maka bangkitlah ia meski seorang diri memikul amanah dakwah, menasehati mereka agar segera menghentikan dosa besar itu.

Misi dakwah mulia ini ia mulai dari dalam rumahnya, sebab demikikanlah yang dikehendaki Allah bagi hambanya untuk mendahulukan kerabat terdekat dalam menyampaikan dakwah.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا….(التحريم : 6 )
Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka... (QS. At-Tahrim : 6 ).

Maka Ibrahim mendatangi ayahnya dan menyampaikan dengan penuh kasih dan bahasa yang sangat santun nan lembut seruan dakwahnya..
يَاأَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43)
“Wahai ayahku sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak sampai kepadamu, maka ikutilah aku ,niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus”. (QS.Maryam : 43 )

Lalu Nabi Ibrahim menjelaskan kepada ayahnya dengan bahasa yang sangat santun dan lembut tetang hakikat penyembahan yang ia dan kaumnya tujukan kepada berhala –berhala itu,bahwa sejatinya itu adalah penyembahan kepada syetan.
يَاأَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44)
“Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah syethan, karena sesungguhnya syethan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.” (QS.Maryam : 44 )

Tak lupa pula Nabi Ibrahim mengutarakan kepada ayahnya alasan utama ia harus menyampaikan dakwah ini kepadanya, tidak untuk mengguruinya dan tidak pula karena wujud kedurhakaan anak kepada orang tuanya, akan tetapi semata karena kekhawatiran atas keselamatan ayahnya dihadapan Allah kelak pada hari kiamat nanti.
Maka dengan belas kasih penuh harap Nabi Ibrahim berkata :
يَاأَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45)
“Wahai ayahku, sesungguhnya aku khawatir bahwa engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, lalu engkaupun menjadi kawan bagi syetan-syetan itu.” (QS.Maryam : 45 )

Betapa kaget nan sedih Nabi Ibrahim saat mendengarkan tanggapan ayahnya atas dakwah yang ia sampaikan dengan penuh kasih itu, sesuatu yang sama sekali diluar dugaan dan bayangannya, ayahnya demikian murka, ia benar benar tersulut api kemarahan karena nasihatnya, dengan suara tinggi ia membentak Nabi Ibrahim yang masih berdiri dihadapannya :
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَاإِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46)
“Apakah engkau benci terhadapa tuhan–tuhanku wahai ibrahim…?!?! jika kamu tidak berhenti (dari dakwahmu ini ) niscaya aku akan merajammu, dan tinggalkanlah aku untuk selama lamanya.” (QS.Maryam : 46 )

Hai Ibrhaim … teguranmu ini adalah bentuk kebencianmu pada Tuhan-Tuhanku…tidak layak bagimu melakukan itu, … kamu bisa kualat karenanya…. jika engkau tak menghentikan tindakan konyolmu itu niscaya aku akan melemparimu batu hingga mati…atau mengusirmu dari rumah ini selama-lamanya…jangan sekali-kali engkau membuatku murka …enyahlah engkau dari rumahku…engkau taklagi memiliki hak apa-apa dariku dan tak tersisa lagi cinta dihatiku untukmu….

Yah inilah resiko dakwah yang harus ia terima, ketabahannya benar-benar tengah diuji, idealismenya berada dalam ancaman mematikan, keistiqamahannya diatas jalan tauhid sedang dipertaruhkan, antara memilih ayah yang sangat ia cintai atau pergi melanglang buana meninggalkan rumah tempat ia dibesarkan dengan penuh perhatian dan kasih sayang oleh kedua orang tuanya, demi menjalankan misi dakwah menyelamatkan kaumnya dari bencana kesyirikan.

Nabi Ibrahim sangat memahami betapa api kemarahan telah menghanguskan seluruh cinta dan kasih sang ayah kepada anaknya, tak tersisa lagi untuknya cinta itu dihati sang ayah , sosok yang tengah berdiri tegak dihadapannya penuh kebencian, kecuali jika ia menghentikan dakwa tauhidnya, atau jika tidak maka batu-batu yang ada disekitarnya akan mencabik cabik tubuh mungilnya, karena hukuman rajam yang akan dilakukan oleh tangan ayahnya sendiri atas dirinya.

Tidak ada pilihan yang lebih baik bagi Ibrahim saat itu, kecuali tetap teguh tegar laksana karang menghadapi ujian dakwah ini, ia telah memantapkan tekat untuk tetap melanjutkan misi mulia ini, apapun jua resiko yang harus ia terima, meski ia harus terusir jauh dari keluarganya dan hidup sebatangkara menghadapi pahit getirnya perjuangan dakwah tanpa kehadiran ayah disisinya, toh Allah yang maha Kaya lagi Maha Perkasa tidak akan pernah meninggalkan apalagi menelantarkannya , maka dengan penuh keyakinan ia berkata kepada ayahnya , dan didalam hatinya ia masih berharap semoga kalimat ini akan sedikit meluluhkan hati ayahnya, kalimat yang demikian indah, menunjukkan betapa besar bakti dan hormat anak kepada ayahnya:
قالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47) وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا (48)
Berkata Ibrahim : “ semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan tetap meminta ampun kepada Tuhanku untuk dirimu, sesungguhnya Ia sangat baik kepadaku.”
Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau seru selain Allah dan aku akan senantiasa berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.” (QS.Maryam : 47-48 )

Demikianlah Ibrahim telah mewariskan suri tauladan yang agung, bagaimana semestinya seorang anak tetap menjaga sikap santun dan sopan kepada orang tuanya , meskipun ia melakukan kekufuran dan kesyirikan sekalipun, dan demikianlah yang telah Allah perintahkan kepada setiap hambanya .
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا…….( لقمان : 15)
Dan jika kedua orang tuamu memaksamu menyekutukan Ku, sesuatu yang engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya,maka janganlah engkau memenuhi ajakannya,akan tetapi bergaullah dengan mereka berdua didunia dengan cara yang baik. (QS. Luqman : 15 ).

Keyakinan Ibrahim akan kebaikan Tuhannya yang tak berbatas itulah yang menyebabkan Ibrahim yakin bahwa ia tak akan mungkin menuai kecewa dipenghujung perjuangannya, selagi ia terus berinteraksi akrab dengan Tuhannya dalam doa-doa tulus disepanjang waktu.

Bukankah Tuhannya Maha Mendengar keluhan hamba-hamba Nya?…
Bukankah Tuhannya Maha Pemurah lagi Maha Kaya? ….Memberikan kepada hambaNya apa yang ia pinta tanpa sedikitpun susah?…
Bukankankah Tuhannya yang memerintahkan hambanya tuk terus berdoa? Dan menjanjikan mereka kepastian ijabah ?…
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan berkata Tuhanmu : “ berdolah kepadaku niscaya Aku akan mengijabah doa kalian
Yah sejak hari itu dan untuk selanjutnya Ibrahim mempersenjatai dirinya dengan doa-doa yang tak pernah putus ia lantunkan, meminta kepada Rabbnya keteguhan dan kekuatan memikul amanah dakwah ini, menelusuri jalannya yang penuh onak dan duri.
Keluarlah Ibrahim dari rumahnya, meski hati dirundung duka karena ayah tercinta telah menolak dakwahnya, meski jauh dalam hatinya ia yakin bahwa itu adalah awal dari malapetaka bagi ayahnya sendiri…namun ia menyadari bahwa taufiq itu bukanlah haknya akan tetapi merupakan hak Allah semata, Ia memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki saja.
Ia mulai menyebarkan seruan dakwahnya kepada siapa saja yang ia jumpa,agar meninggalkan peribadatan kepada selain Allah, patung-patung itu adalah benda mati yang tak bisa berbuat apa-apa, meski sekedar untuk membela dirinya.
Hujjah dan alasan telah ia sampaikan dalam setiap dialog-dialog bersama dengan kaumnya, ia mampu mematahkan setiap alasan mereka dengan kekuatan argumentasi dan logika, hingga tak tersisa lagi bagi mereka kecuali mengatakan satu-satunya alasan yang tak layak dijadikan hujjah, kecuali bagi orang orang dungu yang tak menggunakan akalnya :
قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ (الأنبياء : 53)
meraka berkata : “ kami dapati nenek moyang kami menyembah patung2 itu” (QS. Al-Anbiya : 53 )

demikianlah alasan singkat mereka demi mempertahankan keyakinan syirik itu.
Ketika dialog tak lagi mendatangkan manfaat, meski setiap alasan mereka telah dipatahkan sampai keakar akarnya, dan telah nampak hakikat penyebab kesesatan mereka, semata karena fanatik buta pada nenek moyang dahulu kala, maka Ibrahimpun merencanakan metode yang berbeda, ia ingin menghancurkan seluruh patung-patung sesembahan mereka yang sangat dikeramatkan itu , lalu hanya menyisakan satu-satunya patung yang paling besar dikuil peribadatan mereka…untuk menyingkap tirai kebodohan yang telah sekian lama menutup akal sehat kaumnya.
Didalam hati , Ibrahimpun memasang tekat itu
وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ (57)
Demi Allah aku akan membuat tipudaya atas patung-patung kalian itu setelah kalian beranjak pergi. (QS. Al-Anbiya : 57 )

Dan ketikata rencana itu telah dilakukan dengan sempurna ,Nabi Ibrahimpun digelandang kehadapan raja, dibelenggu dihadapan kaumnya untuk dimintai pertanggunng jawaban atas makar yang baru saja ia lakukan.
Nabi ibrahim hanya meminta kepada raja, untuk bertanya kepada satu satunya patung yang tersisa disana, atas peristiwa pembantaian yang menimpa kawan-kawannya, mengapa patung –patung itu diam saja dan tak melakukan pembelaan meskupun dengan hanya memejamkan mata.sungguh nyatalah kelemahan mereka, tak layak dijadikan tuhan yang dipuja –puja.
قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (67)
Ibrahim berkata : maka mengapa kalian menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun dan tidak pula memberi mudharat kepadamu.
Ah…celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak memahami ?(QS. Al-Anbiya : 66-67 )

Dan untuk kesekian kalinya Ibrahim dapat mematahkan alasan penyembahan mereka sehingga membuat mereka tercengang tak bisa berkata -kata, terdiam seribu bahasa.Ternyata tuhan-tuhan itu tak mampu menjawab meskipun sepatah kata.
ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ (الأنبياء : 65)
Kemudian kepala mereka tertunduk (seraya berkata ) : sesungguhnya kamu (hai Ibrahim ) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara. (QS. Al-Anbiya : 65)

Meskipun mereka tak mampu berkata apa –apa ,terperangah oleh argumen logika Nabi Ibrahim yang tak terbantahkan itu , namun tetap saja mereka enggan meninggalkan kesyirikannya , bahkan mereka hendak membinasakan Ibrahim dalam kobaran api yang menyala-nyala, demi menolong tuhan-tuhan mereka yang telah dikalahkan itu.
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (الأنبياء :68)
Mereka berkata : bakarlah ia (Ibrahim )…! dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar ingin bertindak. (QS. Al-Anbiya : 68)

Apipun dinyalakan hingga berkobar demikian dahsyatnya, lidah-lidah api itu membumbung tinggi seolah hendak menjilat langit, gemuruh kobaranya laksana auman singa lapar yang siap menerkam mangsanya, panasnya terasa menyengat dari jarak puluhan tombak , Nabi Ibrahim pun dipikul diatas pundak beberapa algojo yang besikap bengis dan kasar kepadanya dan sebentar lagi ia akan dilemparkan ditengah kobaran api.
Dalam kondisi yang sangat genting itu, saat kematian telah berada tepat dipelupuk mata dan tak seorangpun hendak membela, Nabi Ibrahim tetap teguh diatas prinsip kebenaran yang diperjuangkannya, keyakinanya atas pertolongan Allah tak sedikitpun bergeser dari tempatnya semula, jiwanya tak terusik oleh rasa takut maupun kecewa atas bala’ yang tengah menimpanya , ia hanya berserah diri kepada Rabbnya dalam lantunan doa-doa tulus yang terpancar dari lubuk hatinya.
Bukankah Allah telah menegaskan janjinya, bahwa Ia akan senantiasa menolong Rasul Nya serta hamba Nya yang beriman ?…
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ (غافر :51)
Sesungguhnya kami benar-benar menolong Rasul-rasul kami dan orang-orang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari ditegakkannya persaksian (hari kiamat ) . (QS Gafir : 51 ).
Dan bukankah pertolongan Nya itu telah Ia wajibkan atas diriNya , untuk Ia berikan kepada hamba Nya yang beriman ?
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ ( الروم : 47)
Dan telah menjadi kewajiban atas Kami menolong orang –orang beriman. (QS. Ar-Rum : 47 ).

Dan benar saja pertolongan itupun akhirnya tiba jua, saat mereka yakin bahwa tubuh ibrahim telah hangus menjadi debu-debu arang, api itu seketika menjadi sejuk bagi ibrahim, bahkan seluruh api dipermukaan bumi kala itu turut menjadi sejuk laksana embun di pagi hari.
قُلْنَا يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69)
Kami berfirman : wahai api jadilah engkau dingin dan menjadi sebab keselamatan bagi Ibrahim. (QS. Al- Anbiya : 69 ).
Demikianlah ujian demi ujian dihadapi oleh Nabi Ibrahim dengan penuh ketabahan dan keyakinan atas pertolongan Allah, tak sedikitpun ujian itu menggoyahkan harapnnya tidak pula melemahkan semangat juangnya, ia bahkan semakin optimis bahwa disuatu hari nanti cahaya dakwah ini akan menyingkap gelapnya kesyirikan yang tengah menyelimuti negrinya… Allah pasti akan memenangkan cahayanya meski pasukan kafir itu sangat membencinya.
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8)
Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, dan Allah akan menyempurnakan cahayaNya itu meskipun orang-orang kafir membencinya.

29 -zulqa’dah -1435 H /24 -sep- 2014 M