Shalat Berjamaah bagi Wanita
January 3, 2016Jangan Persempit Rahmat Allah
January 10, 2016MENUMBUHKAN RASA TAKUT DAN PENGHARAPAN KEPADA ALLAH
Pada zaman kita ini¸ mayoritas manusia dalam keadaan lalai dan cinta dunia yang menyebabkan hati menjadi keras. Sehingga merekapun asyik dengan kemaksiatan, tidak peduli dengan ancaman dan siksa Allah, tertawa dalam maksiat dan tidak sedikitpun merasa takut kepada Allah.
Maka betapa pentingnya amalan-amalan hati karena dengannya dapat menimbulkan perbuatan baik, merindukan kebahagiaan akhirat, menghindari pekerjaan buruk, dan mengekang diri dengan gelombang rasa takut dan harap.
Hati adalah raja dan anggota tubuh lainnya adalah bala tentaranya yang senantiasa akan tunduk pada raja. Dari hatilah Allah menilai hamba-Nya. Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah subhanahu wata’ala tidak melihat rupa kalian, kekayaan kalian, tetapi Allah melihat ke dalam hati dan perbuatan hambaNya.” (HR. Muslim)
Membina hati agar terarah pada kebaikan dapat dimulai dari menumbuhkan rasa takut akan ancaman dan siksa Allah. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis,” kemudian para shahabat menutup wajah mereka yang sedang menangis. “ (HR. Bukhari dan Muslim)
Kata khasyah, wajal, rahbah dan haibah adalah kata-kata yang memiliki arti kata yang sama yaitu takut, namun semua kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
Kata khasyah lebih spesifik dari kata khauf, maka kata khasyah adalah takut akan Allah dengan kualitas ilmu akan sifat-sifatNya. Sebagaimana dalam firman Allah: “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah para ulama.” (Qs. Fathir: 28)
Kata Wajal adalah gejolak hati karena mengingatNya, yang karena kekuasaan dan azabNya menjadi ditakuti.
Kata Rahbah adalah lari dan menjauh dari hal-hal yang dibenci.
Kata Haibah adalah rasa takut yang dibarengi dengan pengakuan akan kebesaran Allah.
Ibnu Al Qayyim rahimahullah menjelaskan: “Khauf melekat pada muslim secara umum, khasyah adalah bagi para ulama yang berpengetahuan, haibah adalah bagi para pecinta, penghormatan bagi mereka yang senantiasa mendekatkan diri. Munculnya khasyah serta khauf tergantung pada kadar ilmu dan pengetahuan seseorang. (Madarijul Salikin)
Allah memberi janji kepada hambaNya yang senantiasa memiliki rasa takut. FirmanNya: “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap TuhanNya ada dua Surga, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Qs. Ar Rahman : 46-47)
Para ulama salaf termotivasi oleh rasa takut mereka pada Allah sehingga senantiasa memperbaiki amalan-amalan mereka dan senantias berharap atas rahmat Allah. Oleh karenanya keadaan mereka membaik, cita-cita mereka suci, amalan-amalan mereka bersih.
Lihatlah Umar bin Khattab ketika melakukan patroli. Disela-sela patrolinya beliau mendengar ada yang membaca surat Ath Thur. Kemudian beliau turun dari keledai yang ditumpanginya lalu bersandar ke dinding, setelah itu Umarpun jatuh sakit dan orang-orang yang menjenguknya tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Diceritakan pula Ali bin Abi Thalib bahwasanya wajah para shahabat di pagi hari adalah pucat, diantara kedua matanya terlihat goresan disebabkan karena pada malam hari mereka senantiasa berdiri dan bersujud, senantias membaca Al Qur’an, beristirahat diantara jidat dan kaki. Dan jika berada di pagi hari mereka senantiasa berdzikir kepada Allah hingga mereka layu.
Begitulah gambaran para salaf tentang rasa takutnya pada Allah.
Namun hendaknya rasa takut itu dibarengi Raja’ (Harap). Yaitu pengharapan yang tinggi terhadap pahala-pahala di sisi Allah yang sesuai dengan amalan shalih yang telah dilkaukannya. Bukan harapan kosong tanpa amal karena itu berarti berkhayal.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizqi yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (Qs. Fathir 29)
“Barsangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-Nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhan-Nya.” (Qs. Al Kahfi; 110)
Kewajiban seorang hamba adalah menyatukan rasa takut dan harap kepada Allah Ta’ala. “Seungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Qs. Al Anbiya’ : 90)
“Perjalanan hati menuju Allah bagaikan burung. Kepalanya adalah cinta dan kedua sayapnya adalah takut dan harap. Jika kepala dan kedua sayapnya baik, maka itu adalah burung yang terbaik. Dan jika kepalanya terpenggal, maka burung itu mati. Dan ketika kedua sayapnya patah, maka itu merupakan kesia-siaan bagi setiap usaha yang tidak bermakna. Namun para salaf senantiasa memperkuat dan menyegarkan kembali sayap rasa takut selama di dunia, ketika mereka keluar dari dunia, mereka menguatkan sayap harapan, dan hanya Allah yang dapat menyalurkan seluruh nikmat dan karuniaNya.” (Imam Ibnul Qayyim dalam Madarij as Salikin)
Oleh: Ummu Zaid
Sumber: buku media hidayah