UNTUKMU YANG SEDANG BERDAKWAH (0)
January 14, 2016Ilmu lagi…Ilmu lagi…
January 24, 2016Tarbiyah Dzatiyah
Tarbiyah dzatiyah adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan), yang diberikan seorang muslim atau muslimah kepada dirinya, untuk membentuk kepribadian islami yang sempurna disluruh sisinya; seperti dalam lingkup ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan lannya, dan menaikkan tingkat ke tingkatan kesempurnaan sebagai manusia.
Kenapa harus tarbiyah dzatiyah? Hal ini dikarenakan beberapa faktor berikut ini:
-
Seorang muslim diutamakan menjaga diri sendiri dari pada orang lain, seperti yang termaksud dalam QS. At Tahrim:6.
-
Jika tidak diri sendiri yang mentarbiyah diri, tentunya tidak akan efektif bila meminta bantuan orang lain dikarenakan setiap manusia mempunyai urusan masing-masing dengan dirinya.
-
Pada hari akhir nanti semua manusia akan dihisab masing-masing sesuai dengan amalnya (individual) seperti yang tercantum dalam QS. Maryam:95 dan QS. Al Isra’:13-14.
-
Dengan tarbiyah dzatiyah, lebih mampu mengadakan perubahan, karena manusia lebih kenal dengan dirinya sendiri ketimbang orang lain yang mengenal dirinya.
-
Tarbiyah dzatiyah mampu membuat orang menjadi tsabat (tegar).
-
Dapat menjadi sarana dakwah yang kuat, yaitu dapat menjadi qudwah (panutan) bagi masyarakat sekitar dengan segala perilaku yang sudah ditarbiyah dzatiyah.
-
Suatu perbaikan akan mudah dilakukan dari yang kecil dahulu, yaitu diri sendiri, yang kemudian baru menyebar ke lingkungannya.
-
Tarbiyah dzatiyah adalah suatu hal yang mudah diaplikasikan, memiliki sarana yang banyak, seperti waktu, tempat, kondisi, dan sebagainya.
Walaupun besarnya urgensi tarbiyah dzatiyah ini, namun banyak pula kaum muslim yang tidak peduli. Adapun faktor pemicu hal ini dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
-
Ketidak pedulian yang lahir dari diri sendiri disebabkan oleh:
-
Terlalu banyak berangan-angan.
-
Tidak mengatahui makna dan tujuan hidup dan penh dan dzatiyah, dan tidak mengetahui urgensinya.
-
Minimnya ilmu agama
-
Ketidak pedulian yang disebabkan oleh lingkungannya, yaitu:
-
- Minimnya basis tarbiyah di lingkungannya, terutama lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga.
- Langkanya murabbi dari orang-orang yang berpegaruh pada pribadi diri, semisal orang tua yang tidak memiliki peran tarbiyah.
Dengan begitu tarbiyah dzatiyah dapat dijalankan dengan sarana-sarana berikut:
- Muhasabah
Seorang muslim yang tahu tugas dan kewajibannya sebagai mahluk ciptaan Rabb-nya serta mengetahui tujuan untuk apa ia diciptakan pastilah mempergunakan waktu hidupnya dengan sebaik-baiknya. Melakukan apa saja yang bermanfaat serta berbentuk ibadah kepada Rabb-nya. Namun, setiap orang pasti ingin melakukan suatu pekerjaan yang baik dan mengharapkan akan lebih baik lagi untuk hari esoknya. Untuk itulah setiap umat muslim dianjurkan bermuhasabah atas apa yang telah ia kerjakan saat itu (QS. Al Hasyr:18). Seperti sabda Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam,
”Orang cerdas (berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan rang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (HR. Tirmidzi)
Muhasabah utama yang harus dilakukan adalah sudah berada di jalan yang benarkah akidah kita? Kemudian muhasabah untuk hal ibadah fardhu, dan sebagainya. Muhasabah dapat dilakukan dalam dua keadaan, yaitu bermuhasabah sebelum berbuat dan bermuhasabah setelah berbuat.
Orang yang bermuhasabah ialah orang yang yakin bahwa diiari akhir nanti Allah akan menghisab semua manusia tanpa terluput oleh satu perkara, dari yang besar hingga yang terkecil.
2. Bertaubat dari segala dosa
Setelah seorang muslim bermuhasabah atas segala apa yang telah dikerjakannya, maka jelaslah segala dosa serta pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan (setiap muslim tidak pernah tidak dalam satu harinya melakukan kesalahan maupun dosa), oleh karena itu seorang muslim wajib melakukan pembersihan diri dengan cara segera bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla. Karena bagaimanapun juga suatu dosa ataupun maksiat akan menyebabkan putusnya hubungan antara hatinya dengan Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam QS. At Tahrim: 8, dan sabda Rasulullah Shalallahu ’Alaihi wa Sallam,
”Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan tangan-Nya pada malam har aga pelaku kesalahan di siang hari dapat bertaubat dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar pelaku kesalahan di malam hari dapat bertaubat, hingga maahari terbit dari sebelah barat” (HR. Muslim)
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan
Adalah suatu hal yang urgen dalam tarbiyah dzatiyah, sebab dengan ilmu seorang muslm dapat mengetahui, mengenal, dan membedakan benar atau bathil, halal atau haram. Dan ilmu yang menunjang tarbiyah dzatiyah adalah ilmu syar’i yang bersumber dari Al Qur’an, sunnah Rasulullah Shalallahu ’Alaihi wa Sallam, dan pemahaman salafu shalih, serta ditunjang dengan ilmu-ilmu modern yang berkembang lainnya.
Hakikatnya suatu ilmu meliputi:
-
Ikhlas dalam mencari ilmu dan mengharap ridha Allah ta’ala semata dalam mempelajarinya
-
Rajin mencari ilmu dengan berbagai sarana dan tak pernah berhenti tanpa alasan duniawi
-
Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada diri sendiri
-
Berdakwah di jalan Allah ta’ala dengan cara menyebarkan dan mengajarkannya
-
Mengerjakan amalan-amalan iman
-
Mengerjakan ibadah- ibadah wajib seoptimal mungkin
-
Meningkatkan porsi-porsi ibadah sunnah
-
Peduli dengan ibadah dzikir
5. Memperhatikan aspek akhlak (moral)
Akhlak adalah slah atu sarana tarbiyah dan sekaligus menjadi tujuannya. Beberapa firman Allah ta’ala secara khusus menyuruh seorang muslim untuk berakhlak baik, yaitu dalamQS. Al Hujurat:9, QS Ali Imran:148 QS Fushshilat: 34, dan QS. Az Zumar: 10
Cara-cara membangun tarbiyah dzatiyah dalam aspek akhlak ini sebagai beikut:
-
Memelihara sabar
-
Membersihkan hati dari akhlak tercela
-
Meningkatkan kualitas akhlak
-
Bergaul dengan orang-orang yang beakhlak mulia
-
Memperhatikan etika-etika umum
6. Terlibat dalam aktivitas dakwah
Bahwasanya menyadari dakwah di jalan Allah ta’ala wajib, oleh karenanya seorang muslim harus mentarbiyah dirinya untuk terlibat di aktivitas dakwah. Dimana dakwah itu tidak terkait tempat, waktu, kondisi, tokoh apapun. Tak mengenal batasan waktu dan memiliki lebih dari sekedar seribu cara. Serta tak luput dari adanya kerjasama dari pihak lain.
7. Mujahadah (jihad)
Merealisasikan tarbiyah dzatiyah akan menjadi sulit tanpa adanya mujahadah yang dilakukan terus –menerus dan tidak berhenti walau sejenak.
8. Berdoa dengan jujur kepada Allah ta’ala
Karena manusia layaknya pasang-surut air yang kian bergantian(berubah-ubah) dan terolak-balikkan hatinya tnpa Sang pengendali, oleh karenanya butuh petunjuk dan bimbingan dari Allah ta’ala.
Buah dari tarbiyah dzatiyah:
-
Mendapatkan keridhaan Allah ta’ala dan surga-Nya. QS. Al Kahfi:107
-
Bahagia dan tentram. QS. An Nahl:97, QS. Thaha:124
-
Dicintai dan diterima oleh Allah. QS. Maryam:96
-
Sukses
-
Terjaga dari keburukan dan hal-hal yang tidak menyenangkan. QS. Al Hajj:38
-
Keberkahan waktu dan harta
-
Sabar atas semua penderitaan dan kondisi. QS. Al Baqarah:155
-
Jiwa merasa aman.QS Al Ahqaf:13, QS. Al Fath:4
Sumber: Buku Tarbiyah Dzatiyah karya Abdullah bin Abdul Aziz Al Aidan