Jangan Persempit Rahmat Allah
January 10, 2016
Tarbiyah Dzatiyah
January 20, 2016

UNTUKMU YANG SEDANG BERDAKWAH (0)

Gagal Paham tentang Tabarruj

Idul Fitri dan Idul Adha kan hari raya umat Islam, sebaiknya memakai pakaian terbaik.” Jadilah tanah yang lapang terhiasi oleh jama’ah wanita yang berpakain sangat cantik, berhias, dan semerbak wangi bunga.

Awal masuk kuliah, dapat hidayah, kehidupan kampus menjadi lebih bermakna dengan aktivitas dakwah muslimah. Tiba masa wisuda, tak ada bedanya dengan wanita-wanita yang lain dalam penampilan. Komentarnya, “Wisuda kan hanya sekali, beberapa jam saja kok, itung-itung bahagiain ortu dari kampung yang gak pernah lihat anaknya berhias.”

Bergumam dalam hati, “Untuk menghargai yang punya hajatan, soalnya keluarga dekat banget, dan gak nyaman beda sendiri, lagian gak ada teman-teman seperjuangan yang lihat.” Walhasil warna gelap, polos, tanpa parfum, serta longgar tak terlihat di acara mantenan itu.

Fenomena-fenomena yang seharusnya semakin memberikan semangat para da’iyah untuk memahamkan para muslimah. Mereka bukan bodoh terhadap syari’at Allah, tapi mereka larut dalam hawa nafsu. Bisa jadi karena ketidakpahaman atau lemahnya iman. Maka solusinya adalah kembali membuka kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya serta berusaha memahami keduanya melalui penjelasan ulamaa’.https://yusufaljogjawi.files.wordpress.com/2012/04/34653_102540596467662_100001351657971_17311_1406202_n.jpg

Wanita tercipta sebagai perhiasan dunia

Ini butuh perenungan yang dalam dan kejujuran. Jika sebuah kain polos diberi gambar setangkai bunga, maka sudah bisa membuatnya indah. Akan tetapi, diri kita (wanita) bukan sesuatu yang polos seperti kain. Bukan pula hanya setangkai bunga yang indah. Kita adalah wanita dengan segala kelengkapan anggota tubuh, organ, akal, akhlak, plus kelebihan masing-masing yang Allah berikan. Bukan hanya indah, tapi luar biasa, maa syaa’ Allah. Perhiasan tercipta memang untuk memperindah.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallalhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim)

Maka tak heran jika keindahan dunia ditambah wanita shalihah sebagai perhiasan, diisyaratkan sebagai sesuatu yang menguji keimanan hamba.

“Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dua hadits di atas seharusnya sudah cukup untuk menyadarkan kita sebagai wanita untuk menjaga diri sebaik-baiknya sebagimana terjaganya barang berharga yang kita miliki karena tanpa perhiasan saja, wanita telah tercipta menarik.

Pakaian yang menutupi bisa jadi membuatnya semakin indah

Memaknai ‘perhiasan’ dalam QS. An nuur: 31, salaf berkata, diantaranya, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Perhiasan yang tidak mungkin disembunyikan contohnya kerudung, baju luar, yaitu pakaian yang biasa dikenakan oleh wanita Arab, yakni baju kurung yang menutupi seluruh tubuh. Adapun yang tampak di bagian bawah baju tersebut, maka tidak ada dosa atas mereka. Karena hal itu tidak mungkin ditutupi. Sama halnya dengan perhiasan wanita yang tampak berupa kain sarung yang tidak mungkin ditutupi.”

Adapun A’masy meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Yakni wajah, telapak tangan, dan cincinnya.”

Maksudnya, wajah dan tangan atau pakaian yang menutupi tubuh wanita sebenarnya termasuk perhiasan baginya. Namun karena ini yang biasa tampak dan tidak bisa ditutupi lagi (karena telah berfungsi sebagai penutup) ketika keluar rumah karena sebuah urusan. Adapun wajah dan tangan, terlepas dari perbedaan pendapat ulamaa’ yang menyebutkan kedua ini aurat atau bukan, maka yang dipahami adalah keduanya atau apa saja yang dikenakan oleh wanita pun sudah harus dijaga agar tidak menarik perhatian meski hal tersebut sesuatu yang sudah biasa tampak.

Terlebih jika sengaja dipoles atau dibuat-buat untuk menarik perhatian

Terlihat cantik, mempercantik diri, menyenangkan hati dan mata orang yang melihat, membuat orang lain betah berada di sisi atau bersama kita merupakan hal wajar yang diinginkan oleh setiap wanita. Hal ini sekaligus menjadi alasan untuk tabarruj. Namun sebagai wanita shalihah yang beriman, yang memilih ketakwaan, dan mendahulukan Allah di atas hawa nafsunya, akan lebih memilih fitrahnya, yaitu taat dalam mengamalkan perintah Rabb-nya dan menjauhi larangan-Nya.

Allah Subhaanah wata’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan jangalah kamu tabarruj seperti orang-orang jahiliyah dahulu…” (QS. 33: 33)

Tabarruj diartikan oleh beberapa salaf yaitu, wanita sengaja keluar berjalan di antara laki-laki, belenggak-lenggok, manja serta bertingkah. Dan juga hanya meletakkan kerudung di kepala, namun tetap terlihat anting, leher, dan kalungnya. Inilah tabarruj jahiliyyah. Padahal mereka diperintahkan untuk tetap di rumah (karena lebih menjaga dirinya) jika tak ada hajat. Kalau pun harus keluar rumah, maka mereka berhijab syar’i.

Saat ini, wanita keluar dari rumah dan di hadapan yang bukan mahram, bukan hanya tabarruj tapi tidak memperhatikan syarat-syarat hijab syar’i sehingga sama saja, tertutup tapi memperlihatkan keindahan diri. Kalau bukan bagian wajah yang sengaja dipercantik, maka hijab (pakaian luar) yang menjadi sasaran untuk dihiasi.

Wanita jahiliyah menjadi bahan perbandingan untuk dihindari kebiasaan serta gaya hidupnya. Jika kita menyerupai mereka, maka bodohlah kita padahal Islam datang membawa ilmu, hinalah kita padahal Allah telah memuliakan kita dengan syari’at-Nya, dan rusaklah lelaki karena fitnah wanita. Untuk itu mari kita memperhatikan mulai dari apa yang kita kenakan ketika keluar rumah atau di depan yang bukan mahram.

Maka syari’at ada untuk menjaga wanita

Tak perlu membuang semua kosmetik,

Tak perlu menghadiahkan semua pernak-pernik penghias,

Tak perlu mencukupkan hanya dengan satu model pakaian,

Tak perlu menumpahkan semua parfum.

Tabarruj, berhias, bersoleklah di tempat yang tepat, di rumah kita. Di hadapan orang yang tepat, suami kita(bila sudah bersuami-ed). Beginilah syari’at mengatur kita, untuk menjaga kesucian dan kehormatan wanita.

Tak perlu malu bila tanpa kosmetik,

Tak perlu minder jika berpakaian polos,

Tak perlu merasa asing dengan warna gelap,

Tak perlu risih hanya seperti angin yang tak berbau.

Jika harus keluar rumah atau di depan yang bukan mahram, cukupkan diri dengan hijab yang berhias akhlak mulia dan keshalihan kita.

Wallahu a’lam

Oleh Ummu Umar “Nurul Kumalasari”

Maraji’: Tafsir Ibn Katsir