Tarbiyahkah yang Terpenting?
February 13, 2016
Tanya : Dosa di Bulan Ramadhan Lalu, Apakah Harus Mengqodho’nya
February 14, 2016

Dari Sini Kita Mulai…

Tatkala ajal menghampiri Abu Thalib, Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam menemuinya, saat itu disisinya ada Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda kepada pamannya dengan penuh kelembutan,

يَا عَمُّ قُلْ لَاإٍلَهَ إِلَّا اللهُ كَلِمَةٌ أَحَاجُّ لَكَ بِهَاعِنْدَ اللهِ

Wahai paman, ucapkanlah Laa Ilaha Illallah, satu kalimat yang aku jadikan hujjah untukmu di sisi Allah.

Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah menyela, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul Muththalib?” Keduanya tidak pernah berhenti mengucapkan kata-kata ini, hingga pernyataan terakhir yang diucapkan Abu Thalib. “Tetap berada pada agama Abdul Muththalib”.

Karena peristiwa ini, Allah menurunkan ayat,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚوَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” [QS al Qashash: 56]

Tidak bisa dibayangkan apa saja perlindungan yang diberikan Abu Thalib terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Dia benar-benar menjadi benteng yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang-orang yang sombong dan dungu. Namun sayang, dia tetap berada pada agama leluhurnya, sehingga sama sekali tidak mendapatkan keberuntungan.
Berbeda dengan Umar Bin Khaththab . Sosok yang dikenal berwatak temperamental. Sebelum berislam, setiap kali berpapasan dengan orang-orang muslim, pasti dia menimpakan berbagai macam siksaan. Kebenciannya terhadap Islam dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam sangat keras. Akan tetapi, hati yang keras itu, melunak dengan ayat-ayat al Qur’an. Beliau takjub dengan ayat-ayat suci tersebut, seraya berucap, Alangkah indah dan mulianya kalam ini! Tunjukkan padaku di mana Muhammad berada saat ini?Pinta Umar kepada adiknya (Fathimah).
Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam dari massa kenabian, Umar mengucapkan syahadat dihadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Pekikan takbir kaum muslimin pun menggema hingga ke masjidil haram menyambut keislaman Umar. Itulah hidayah, Allah akan memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima hidayah tersebut.

Kita tidak pernah menyangka, kalau saat ini kita berada dalam barisan orang-orang yang melakukan dan memperjuangkan kebaikan (Islam). Yang sebelumnya (mungkin) tenggelam dalam kubungan lumpur kemaksiatan dan sangat membenci orang-orang yang menawarkan kebaikan kepada kita. Masih terpatri dalam ingatan kita masing-masing, siapa orang yang menjadi perantara hidayah itu merasuk ke hati kita. Kapan dan dimana hal itu bermula.

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Kita juga tidak pernah menyangka, kalau setiap pekan akan ada rutinitas kita yang namanya tarbiyah. Berkumpul bersama membentuk lingkaran, bergantian memperdengarkan bacaan al Qur’an, menyetor hafalan Qur’an dan hadist, mendengarkan taujihat dari murabbi/murabbiyah, berdiskusi dan berbagai program lainnya. Sebuah rutinitas yang tidak ringan dan membosankan, yang hanya dilakukan oleh manusia-manusia pilihan. Hujan-hujananatau berjalan dibawah terik matahari, datang dari tempat yang jauh, rela meninggalkan keluarga tercinta, semua itu dinikmati dengan penuh kesabaran hanya untuk menghadiri tarbiyah. Datang dengan penuh keyakinan bahwa tarbiyah adalah sarana untuk melestarikan Islam, menjaga stabilitas iman, istiqamahdalam kebaikan, dan sebagai bentuk syukur kepada Allah atas nikmatnya hidayah yang telah kita rasakan. Sungguh, tarbiyah hanya dilakukan oleh manusia-manusia pilihan.

من هنا نبدأ, dari sinilah kita mulai, dari tarbiyah, kumpul dan belajar bersama untuk menjadi pribadi-pribadi muslim istimewa yang memiliki karakter mu’min, mushlih, mujahid, muta’awin dan mutqin yang siap berkhidmat untuk ummat dan bangsa.

(Jfr)