Islam Nusantara Yang Sebenarnya
July 19, 2016Kesalahan Jilbab Syar’i
July 29, 2016Lingkungan Mempengaruhi Keshalihan
Di luar sana banyak sosok yang bisa membuat kita merasa kagum. Salah satunya adalah Sulaiman, seorang anak yang meski masih kelas 3 SD tapi sudah rajin bahkan rutin shalat tahajjud. Mungkin ada yang bertanya-tanya; Kok bisa ya? Anak sekecil itu bisa rutin shalat tahajjud? Salah satu jawabannya adalah karena faktor lingkungan.
Lingkungan adalah salah satu faktor terbentuknya karakter seseorang. Bahkan bisa dikatakan lingkungan mengambil peran yang sangat besar. Sulaiman tentu tidak langsung bisa rutin shalat tahajjud. Awalnya ia juga sepert yang lain, susah dan malas untuk melaksanakannya. Namun karena ada faktor pendukung dan pendorong, yakni lingkungan, maka ia menjadi terbiasa.
Lingkungan yang paling penting peranannya dalam hal ini adalah lingkungan keluarga, lingkungan yang ia paling lama dan paling sering berinteraksi di dalamnya. Jika kita melihat dan mencari tahu, maka kalian akan menemukan bahwa orang tua Sulaiman (ayah dan ibunya) adalah seorang yang pemahaman dan pengamalan agamanya baik. Kedua orang tuanya adalah orang-orang yang tertarbiyah, yang telah ditempa ilmu agama bukan setahun dua tahun, tapi bertahun-tahun. Sehingga wajar ketika keduanya bisa memiliki anak seperti Sulaiman.
Dan sekali lagi, bukan hanya Sulaiman tentu saja. Ada begitu banyak anak kecil yang sejak usia belia sudah tertanam keshalihan di dalam diri mereka, contoh yang paling dekat dan yang banyak dikenal adalah Musa, anak kecil yang baru-baru ini mengharumkan nama Indonesia karena berhasil menjadi juara ketiga dalam kompetisi hafidz anak sedunia yang diadakan di Mesir, Masyaa Allah. Sama seperti Sulaiman, Musa dan anak-anak shalih yang lainnya memiliki orang tua yang luar biasa, yang thalabul ‘ilmi, gemar menghafal dan mengajarkan Al-Qur’an.
Nah, selain lingkungan keluarga, tentu lingkungan sekolah atau tempat kerja atau lingkungan pergaulan menyusul menjadi faktor penting terbentuknya karakter seseorang. Setelah lingkungan keluarga baik, usahakan pilihlah lingkungan pergaulan yang baik pula agar visi misi hidup kita mudah tercapai. Tentu teramat sulit jika di rumah kita mengajarkan anak kita ‘A’ sementara di sekolah mereka diajarkan ‘B’, tidak selaras, sehingga anak kesulitan menentukan karakter karena adanya perbedaan tersebut. Hari ini Sulaiman bisa sampai pada titik ini karena yang ia terima di rumah dan di sekolah adalah sama.
Hal ini juga berlaku bagi kita yang telah dewasa. Ketika kita sudah ada niat untuk berubah, sudah mulai rajin menghadiri majelis ‘ilmu, maka demi mendapatkan hasil maksimal, kita perlu, bahkan harus memaksa diri kita untuk meninggalkan lingkungan kita yang tidak sejalan dengan visi misi perubahan diri kita saat ini. Jika masih saja bertahan dengan lingkungan yang lama, berteman dengan teman-teman yang jauh dari agama, maka akan sangat sulit kita mewujudkan keshalihan itu dalam diri. Bisa-bisa malah kita gagal karena pengaruh teman-teman sangat besar terhadap diri kita.
Bukankah Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam telah banyak menasehati kita tetang pentingnya kita memilih teman?
“Seseorang itu mengikuti keagamaan temannya. Karena itu hendaklah kamu memperhatikan orang yang kamu jadikan teman.” (H.R. Abu Daud)
Tentu saja makna teman bukan hanya sebatas orang-orang yang kita temui di luar rumah. Selain memilih teman bergaul yang shalih/shalihah, makna teman yang dimaksud dalam hal ini adalah orang-orang yang dekat dengan kita dan kita sering bergaul dengannya termasuk orang tua dan saudara. Namun tentu saja orang tua dan saudara tidak bisa kita pilih-pilih, sehingga poinnya bukan lagi memilih orang tua dan saudara tapi menjadi orang tua dan saudara pilihan dengan berbekal sejak sekarang agar kelak, kita menjadi orang tua, saudara, dan teman yang shalih bagi yang lainnya.
Terakhir, jika ada yang bertanya; Lalu mengapa saya belum juga menjadi shalih/shalihah padahal saya sudah hijrah dari lingkungan yang lama ke lingkungan yang baru, padahal teman-teman saya sudah mereka yang taat kepada Allah? Maka jawabannya adalah lihatlah dalam hatimu, niatmu, bisa jadi masih ada yang salah dengan niatmu berubah. Sungguh Allah Maha Melihat apa yang kita sembunyikan. Hijrahlah dengan sungguh-sungguh. Hijrahlah hanya karena Allah.
Jika niat telah benar, maka bersabarlah. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan usaha setiap hamba ^^
Wallahua’lam.
_Ukhty HD_ (Kamar tercinta, Wotu, 23/07/2016)