MENJAGA LISAN
July 19, 2017
Melatih Anak Gemar Bersedekah
July 21, 2017
MENJAGA LISAN
July 19, 2017
Melatih Anak Gemar Bersedekah
July 21, 2017

Mengakrabkan Diri Dengan al-Qur’an

Mengakrabkan Diri Dengan al-Qur’an

Oleh: Ustadz Ir. Muhammad Qasim Saguni, MA.

Harus diakui bahwa nikmat terbesar yang dianugerahkan oleh Allah Jalla Wa A’la kepada manusia adalah al-Qur’an. Apa jadinya manusia jika tidak diturunkan al-Qur’an? Apa jadinya bumi ini jika al-Qur’an tidak diwahyukan? Dan apa jadinya kehidupan manusia jika al-Qur’an diabaikan?

Sederet pertanyaan itu hendaknya menjadi renungan untuk memantik kesadaran kita betapa al-Qur’an adalah merupakan hadiah dan nikmat agung dari Sang Pencipta kepada umat manusia.

Terjemahan dua Ayat di bawah ini membantu kita untuk merenung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Terjemahan al-Qur’an Surat al-A’raf (7), ayat 179)

Dan Allah berfirman dalam al-Qur’an surah Thaaha (20), ayat 124-126, terjemahannya adalah:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan.”.

Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah membuat suatu kesimpulan yang sangat menyentak insting kemanusiaan kita:

“ Kalaulah bukan karena Ulama, maka jadilah manusia seperti binatang” (Lihat Kitab Minhaju Al-Qashidin).

Ulama adalah golongan manusia mulia yang merupakan pewaris sah dari para Nabi, mereka tidak mewarisi harta dan nikmat keduniaan, tetapi mereka mewarisi ilmu al-Qur’an dan as-Sunnah.

Karena itu, perkataan al-Hasan al-Bashri di atas, sekalipun tidak menyebutkan lafadz “al-Qur’an”, tetapi di dalam kata “ulama” tersirat makna “al-Qur’an” sebagaimana firman Allah Jalla wa A’la di surat Al-A’raf (7) ayat 179.

Mengapa Harus Akrab dengan al-Qur’an?

Kesadaran bahwa al-Qur’an adalah nikmat terbesar bagi manusia harus diikuti dengan langkah nyata yang menunjukkan bahwa memang al-Qur’an adalah kebutuhan primer dalam kehidupan umat manusia. Kesadaran akan pentingnya al-Qur’an tanpa diikuti dengan langkah nyata, akan mengakibatkan kehidupan kita kehilangan segalanya. Langkah itu disimpulkan dengan satu kalimat singkat: “Menjadikan al-Qur’an sebagai sahabat Akrab”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (dalam terjemahan hadits) tentang orang-orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai sahabat akrab:

“Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya”. (HR. Muslim, No.1337)

Hadits ini memberikan pelajaran bahwa, salah satu keutamaan menjadikan al-Qur’an sebagai sahabat di dunia ini adalah memperoleh syafa’at al-Qur’an. Syafa’at adalah merupakan kebutuhan utama setiap Muslim di akhirat, sebab dengan syafa’at, Allah akan memasukkan ia ke dalam syurga-Nya.

Al-Qur’an juga akan menentramkan hati bagi orang-orang beriman yang sering berinteraksi dengannya.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d (13) ayat 28).

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

Jadi, sebaik-baik sahabat karib adalah al-Qur’an yang dengannya akan membuat hati kita tentram, bahagia dan lebih dari itu al-Qur’an akan menjadi pembela kita di hari kiamat kelak.

Metode Akrab dengan Al-Qur’an

  1. Menjadikan sebagai bacaan harian. Membaca al-Qur’an adalah langkah awal dalam berinteraksi dengannya. Al-Qur’an hendaknya menjadi bacaan utama kita setiap hari. Ada target bacaan harian dan target kapan kita bisa mengkhatamkannya sesuai dengan kemampuan kita.
  2. Mendengarkan bacaan al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering meminta sahabat untuk membacakan al-Qur’an untuknya. Saat ini selain bisa mendengarkan bacaan qari secara langsung, banyak alat atau fasilitas elektronik dimana kita bisa mendengarkan bacaan al-Qur’an. Jika mendengar musik atau hal-hal lain yang hanya mengeraskan hati maka mendengarkan bacaan al-Qur’an justru akan menentramkan hati.
  3. Meluangkan waktu secara terjadwal untuk mentadabburinya (memahami dan mengkajinya). Ayat-ayat Al-Qur’an akan semakin menyentuh hati kita saat kita mengetahui maknanya. Selain bisa mengetahui makna al-Qur’an dari buku-buku tafsir, kitapun bisa mengikuti halaqah-halaqah kajian al-Qur’an.
  4. Mengamalkannya, yakni mengejawantahkan ajaran-ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikannya rujukan disamping hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dalam amalan ibadah maupun dalam hal muamalah dan lainnya.
  5. Berusaha untuk menghafal al-Qur’an. Mulai dari ayat atau surah-surah yang mudah untuk kita hafal. Kesibukan ataupun faktor umur tidak menjadi penghalang asalkan kita mempunyai kemauan kuat untuk “menyimpan” al-Qur’an di dalam dada-dada kita. Banyak perangkat dan metode yang akhir-akhir ini berkembang yang bisa menjadi sarana buat kita untuk menghafal al-Qur’an.
  6. Mendakwahkannya, yaitu menjadikan sebagai bahasan dan referensi utama dalam berdakwah.
  7. Memperjuangkan agar isinya menjadi rujukan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Penutup

Berbahagialah orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai sebaik-baik sahabat. Tiap hari ia akrab dengan Kalam Rabb-nya. Membacanya, mengamalkannya, menghafalnya, mempelajarinya, bahkan mendakwahkannya. Ia menjadi sebaik-baik manusia sebagaimana sabda Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “sebaik-baik dari kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Semoga kita termasuk ahlul Qur’an. Wallahu Ta’ala a’lam.[]

(Majalah SEDEKAH PLUS, rubrik Tarbiyah, Edisi 3 Tahun I, April 2014)