Dalam medan peperangan, berkobarlah api semangat yang dikobarkan umat Islam. Beginilah kira-kira yang terlintas dalam benak kita ketika mengingat perang Uhud yang bersejarah. Kita akan mengambil sepenggal cerita dari kejadian tersebut, cerita tentang peran wanita muslimah didalamnya, agar menjadi teladan bagi para pemudi muslimah saat ini. Di depan kita terbentang teladan-teladan yang ditorehkan sejarah sepanjang masa,di antaranya:
1. Muslimah Sebagai Seorang Dokter dan Donatur
Imam Bukhari menceritakan dari Anas radhiyallahu ‘anhu yang menyatakan, “Sesungguhnya ia melihat ‘Aisyah dan Ummu Sulaim yang terampil dan cekatan mencurahkan air minum kedalam mulut para prajurit, kemudian setelah isi air kosong, mereka mengisinya kembali, lalu menuangkan kembali ke mulut para prajurit.
Umar pun berkata, bahwa Ummu Salith pun memberikan geriba kepada kami pada waktu perang Uhud.
Imam Thabarani menceritakan, “Ketika kaum musyrikin mundur keluarlah istri-istri shahabat termasuk juga Fatimah. Ketika ia bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau pun memeluk putrinya itu. Lalu Fatimah membasuh luka-luka Nabi dengan air, tetapi darah beliau malah mengucur. Ketika Fatimah melihat hal itu, ia pun buru-buru mengambil secarik tikar lalu membakarnya kemudian didekatkan ke arah luka Nabi sehingga lukanya menutup dan darahnya berhenti.”
Diceritakan dari Ummu Athiyah, dia berkata, “Aku ikut berperang bersama Rasulullah 7 kali. Aku bergegas memasak makanan untuk mereka, mengikuti dari belakang ketika mereka berangkat, mengobati prajurit yang terluka dan menjaga mereka yang sakit.”
2. Muslimah Yang Terkena Senjata
Diantara para wanita itu juga ada Ummu Aiman yang ikut ambil bagian pada waktu perang Uhud. Saat dia melihat orang-orang Muslim lari kocar-kacir dan bahkan sebagian di antara mereka ada yang hendak kembali ke Madinah, maka seketika itu dia menaburkan debu ke wajah mereka dankemudian dia berkata kepada mereka,”Jalankan saja alat penggiling dan berikan padaku pedangmu.” Setelah itu dia segera pergi ke kancah peperangan,ia bertugas menyediakan air dan mengobati prajurit yang terluka. Dalam perjalanan perang, muslimah ini terkena senjata. Ketika sedang memberikan minum kepada para prajurit yang terluka lalu ia dipanah oleh Hibban bin Araqah, sehingga terjatuh dan terbukalah auratnya. Melihat hal itu musuh Allah pun tertawa terbahak-bahak. Rasulullah memberikan sepucuk panah kepada Sa’ad bin Abi Waqash, lalu berkata,”Sa’ad telah melecehkan Hibban untuk Ummu Aiman dan Allah telah memenuhi doanya.”
Inilah peran wanita muslimah dalam pengobatan dan pembiayaan perang. Bila kita memilih contoh teladan yang patut terkenang sepanjang masa, maka itu adalah pemimpin kaum wanita penghuni surga, yakni Fatimah Azzahra (putrid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), dan wanita termulia ‘Aisyah binti Abu Bakar (istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Keduanya tidaklah memalingkan mata ketika perang berkecamuk, meskipun kepulan debu membumbung menutupi para prajurit yang berhiaskan senjata di tangan. Mereka bekerja keras membagikan makanan, obat-obatan dan minuman kepada para prajurit di tengah-tengah tikaman tombak, sabetan pedang, dan berjatuhannya anak panah yang bagaikan hujan.
Oleh: Ummu Umar
Referensi: *) Sirah An Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury.