Jati Diri Muslimah (2)
Muslimah terhadap Rabb nya
Wanita muslimah beribadah kepada Rabb nya dengan semangat yang tinggi, karena dia mengetahui bahwa dia diberi kewajiban untuk melaksanakan amalan-amalan yang sudah diatur syari’at dan diwajibkan Allah terhadap setiap muslim dan muslimah.
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا} [النساء : 124]
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”
Muslimah, senantiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban syariat dengan sebaik-baiknya. Memperhatikan rukun-rukunnya, tidak meremehkan dan tidak pula berlebih-lebihan.
¤ Mendirikan shalat lima waktu
Wanita muslimah senantiasa mendirikan shalat lima waktu tepat pada waktunya, tidak melalaikan ketepatan waktu ini karena disibukkan oleh pekerjaan rumah tangga, tugas sebagai ibu dan istri. Sebab shalat merupakan tiang agama, siapa yang menegakkannya berarti ia menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkannya berarti ia telah merobohkan agama. Maka hendaknya seorang muslimah berlatih untuk mengatur waktunya, agar tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya tidak mengalahkan kewajiban ini.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Amal apakah yang paling utama?”
Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.”
Aku bertanya, “Kemudian apa lagi?”
Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Aku bertanya, “Kemudian apa lagi?”
Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (Muttafaq ‘alaihi)
Yang demikian itu karena shalat merupakan hubungan antara hamba dan Rabb-nya, sumber yang melimpah airnya. Dari sumber inilah seorang hamba bisa menciduk kekuatan, ketabahan hati, rahmat dan keridhaan Allah. Dan dengan airnya, ia bisa membersihkan noda, dosa dan kesalahan-kesalahannya.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana pendapat kalian andaikan ada sebuah sungai di ambang pintu salah seorang di antara kalian, dia bisa mandi di sungai itu lima kali setiap harinya, adakah sedikitpun kotorannya yang masih tersisa?” Mereka menjawab, “Tidak ada sedikitpun kotorannya yang tersisa.” Beliau bersabda, “Demikian itulah perumpamaan shalat lima waktu, yang dengan shalat itu Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (Muttafaq ‘alaih)
Shalat merupakan rahmat dari Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Mereka bisa berlindung di bawah naungan-Nya lima kali setiap hari (bahkan bisa lebih), memuji Rabb-nya saat melaksanakannya ,memohon pertolongan kepada-Nya, meminta rahmat, hidayah dan ampunan dosa. Maka tidak heran jika shalat merupakan amalan yang dapat menyucikan diri orang yang melaksanakannya ,menghapus kesalahan-kesalahannya; baik laki-laki maupun perempuan.
Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah ada di antara orang muslim jika tiba waktu shalat wajib, lalu ia membaguskan wudhu nya, kekhusyu’an nya dan ruku’ nya, melainkan shalat itu menjadi penebus dosa-dosa sebelumnya, selama ia tidak mengerjakan dosa besar, dan itu berlaku selama-lama nya.” (HR. Muslim)
Disusun oleh: Ustadzah Suri Suhendari (Ummu Yusuf)
Sumber:
Buku Syakhsyiyah Al Mar’atu Al Muslimah, karya Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi