Keutamaan Mempelajari Sirah Nabawiyah (3)
November 14, 2016Tatkala Tatanan Kemasyarakatan Guncang
February 16, 201730 hari selesai menghafal Al-Qur’an?
Bismillah, Alhamdulillah, wash-sholaatu wassalaamu ‘ala Rasuulillah, wa ‘ala aalihi washohbihi ajma’in.
Pembaca sekalian, kita patut bersyukur bahwa geliat menghafal Al-Qur’an muncul di mana-mana di kalangan umat islam. Ada banyak lembaga, ustadz, sekolah, acara televisi, bahkan kampus-kampus yang mendukung program semacam ini. Kita menyaksikan ada banyak lembaga tahfizh quran baik yang berbayar maupun yang gratis (misalnya www.almadinahnusantara.org). Ada pula Ustadz-ustadz kondang di televisi yang menyemarakkan menghafal Al-Qur’an, seperti Ustadz Yusuf Mansyur dan Ustadz Amir Faishol Fath, dan bahkan ada pula acara di televisi nasional yang khusus menyiarkan perlombaan menghafal Al-Qur’an bagi anak-anak.
Tidak ketinggalan pula sekolah-sekolah langsung meloloskan siswa yang ingin mendaftar menjadi muridnya dengan syarat hafalan Al-Qur’an, seperti misalnya di MAN 1 Yogyakarta. Kampus besar semacam UNS pun tidak ketinggalan. Ia ikut menyediakan beasiswa dan kesempatan belajar bagi pendaftar yang memiliki hafalan 30 juz, tidak ketinggalan pula kampus-kampus swasta seperti UII dan lainnya. Hal ini semakin menarik orang untuk berlomba-lomba menghafalkan Al-Qur’an.
Sekali-lagi kita patut bersyukur dengan perkembangan ini. Orang-orang mulai tertarik untuk lebih dekat dengan al-Quran dan menghafalkannya. Tentu dengan selalu menjaga niat ikhlash dalam menghafalnya, hanya untuk Allah saja, bukan lainnya.
Menghafal Al-Qur’an adalah ladang mujahadah
Menghafal Al-Qur’an adalah ladang perjuangan. Ya, karena menghafal, tidak semudah yang dibayangkan kebanyakan orang. Proses menghafal, dimulai dari menambah hafalan, lalu mengulang-ulanginya agar tidak lupa, lalu terus mengulang lagi, dan terus mengulanginya lagi, adalah proses yang tidak memiliki kata ‘tamat’ di dunia ini. Proses menghafal adalah proses yang ditujukan sampai akhir hayat. Sehingga proses ini memerlukan nafas yang panjang, kesungguhan, dan juga ketahanan terhadap kebosanan.
Menghafal Al-Qur’an itu sulit bagi sebagian orang karena bahasa Al-Qur’an adalah bahasa arab, sedangkan kita berbahasa indonesia. Tentu semakin susah bagi yang belum terbiasa. Ditambah lagi menghafal Al-Qur’an memerlukan kemampuan tajwid yang standar, yaitu penguasaan terhadap tata cara membaca Al-Qur’an. Kurang pas panjang pendek saja bisa fatal, kurang mendengung saja bisa salah, terlebih lagi jika salah dalam mengucapkan huruf. Kesulitan lainnya adalah jumlah halaman yang harus dihafalkan tidaklah sedikit. Terdapat 604 halaman (standar madinah) yang terbagi dalam 30 juz dengan 114 surat. Dan masih ada kendala-kendala lain yang dialami oleh para penghafal yang tidak dapat disebutkan satu persatu di tulisan ini.
Namun, kesulitan-kesulitan tersebut tidak sepadan dengan balasan-balasan berlipat-lipat yang Allah subhanahu wata’ala berika kepada para penghafal Al-Qur’an. Balasan-balasan inilah yang sangat menggiurkan bagi para pencari ridho Allah. Diantara dalil tentang keutamaan para penghafal Al-Qur’an adalah :
- RasulullahShallallahu’alaihi Wasallambersabda:
اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
“bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi shahibul Qur’an” (HR. Muslim 804)
- Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di surga kelak. RasulullahShallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها
“akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat) : bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
3.Termasuk sebaik-baik manusia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallambersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه
“sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 4639).
30 hari selesai menghafal Al-Qur’an? Seriuskah?
Beberapa tahun terakhir ini pun mulai bermunculan program-program percepatan menghafal Al-Qur’an. Mulai dari program 40 hari menghafal Al-Qur’an yang terinspirasi dari Sudan, program 60 hari menghafalAl-Qur’an beserta artinya, dan juga program-program ringan seperti 2 hari menghafal juz ‘amma, atau yang semisalnya.
Banyak orang yang bertanya-tanya, benarkah dengan waktu yang sesingkat itu (40 hari / 60 hari) bisa menghafalAl-Qur’an? Padahal biasanya perlu waktu paling tidak 2 tahun menyelesaikannya di pondok-pondok tahfizh atau di boarding school. Lalu bagaimanakah kualitasnya?
Jawabannya adalah bisa, bi idznillah.
Perlu diingat bahwa kemampuan orang dengan orang lain berbeda-beda. Sebagaimana kita mengetahui prestasi siswa di sekolah berbeda-beda satu sama lain. Sama-sama memiliki nilai yang sama pun tetap saja kemampuannya berbeda. Demikian dalam menghafal Al-Qur’an. Metode yang ringkas maupun metode yang biasa,pun akan menghasilkan lulusan dengan kualiatas yang berbeda yang tidak bisa disamakan. Hafizh Al-Qur’anitu ada yang baik kualitas hafalannya, ada yang cukup, dan ada yang kurang.Tergantung pada pengulangan dan penjagaan hafalannya.Meskipun jelas rata-rata lulusan program menghafal yang konvensional jauh lebih baik daripada program yang singkat/ringkas.
Jadi, apakah bisa dalam 30 hari selesai menghafal Al-Qur’an? Jawabannya bisa!
Namun kualitas hafalannya, bergantung pada masing-masing pribadi tersebut.
Pembaca sekalian. Dauroh-daoroh singkat menghafal Al-Qur’an yang diselenggarakan, biasanya hanya menargetkan ziyadah (menambah hafalan), bukan mutqin (kesempurnaan dalam menghafal). Biasanya, peserta hanya diminta untuk menambah hafalan secepat mungkin lalu menyetorkannya.Karena dalam waktu yang singkat itu hanya cukup untuk menambah hafalan saja,tidak cukup untuk memperkuat hafalan, dan mengulang-ulangnya, kecuali bagi orang-orang dengan kemampuan luar biasa.
Lalu apakah gunanya? Menambah hafalan lalu kemudian tidak diulang karena lupa?
Dalam menghafal Al-Qur’an,TIDAK ADA yang sia-sia, TIDAK ADA istilah gagal.Bagaimana bisa disebut sia-sia atau gagal, sementara MEMBACAnya saja berpahala? Bukankah demikian? 🙂
Selain itu, dampak positif pada pribadinya adalah : adanya semangat untuk mengulang kembali dan memperkuat hafalannya, bagi orang yang ‘pernah’ selesai menghafal Al-Qur’an. Ia sudah merasa ‘pernah’ menyelesaikan hafalan dalam waktu singkat, tentu mudah untuk menghafal ‘kembali’ diwaktu lain dengan meningkatkan kualitasnya. Ia sudah lebih percaya diri untuk melakukannya. Bandingkan dengan yang tidak pernah menghafal sama sekali. Berat sekali untuk menambah hafalannya.
Jadi, sebulan selesai menghafal Al-Qur’an? BISA, bi idznillah…
Bukankah menghafal dan menjaga Al-Qur’an adalah proses jangka panjang yang tidak pernah berhenti, hingga ajal menjemput?
Ustadz Abu Abdillah