IBADAH SEBAGAI KEBUTUHAN
Muh. Qasim Saguni
Sebagian umat manusia menganggap ibadah sebagai suatu beban yang memberatkan dan menghalangi mereka dalam melakukan berbagai aktifitas kehidupannya. Di atas anggapan yang keliru inilah yang menyebabkan ada orang yang tidak mau terikat alias bebas melakukan berbagai aktifitas sepanjang waktu dan bertindak sesuai kehendak tanpa adanya kewajiban-kewajiban dan aturan-aturan yang mengikat.
Pengertian Ibadah dan Jenisnya
Ibadah secara etimologis bermakna al-khudhu’ (ketundukan) dan at-tadzallul (merendahkan diri) kepada seseorang atau kepada sesuatu dengan maksud mengagungkan. Hal ini tidak boleh dilakukan kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana firmanNya:
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah (hanya kepada) Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah memberikan pengertian terminologis ibadah yaitu satu nama yang mencakup semua yang dicintai dan diridhai oleh Allah, berupa perkataan, perbuatan, amalan yang lahir maupun amalan yang batin.
Dengan demikian, ibadah yang merupakan tujuan utama diciptakannya umat manusia dan jin, mengandung pengertian yang sangat luas meliputi; shalat, puasa, haji, zakat, memberikan sedekah, berkata jujur dan benar, menunaikan amanah, berbakti pada orang tua, istri taat pada suami, suami mencari nafkah untuk istri dan anak-anak, silaturrahim, menepati janji, amar ma’ruf, nahi mungkar, berda’wah, jihad kepada orang-orang kafir dan orang-orang munafik, menghadiri majelis ilmu agama, berbuat ihsan kepada: tetangga, anak yatim, orang miskin dan hewan ternak. Berdo’a, dzikir, membaca Al-Qur’an, demikian pula mencintai Allah dan RasulNya, tawakkal pada Allah, ikhlas, sabar terhadap takdirNya, mensyukuri ni’matNya, berharap akan rahmatNya, takut akan siksaNya dan semua aktifitas lahir dan batin yang dicintai dan diridhai oleh Allah Azza Wa Jalla.
Dari semua jenis ibadah tersebut, ada Ulama kita yang membaginya ke dalam dua bagian besar, yaitu: ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
- Ibadah mahdhah adalah ibadah yang sifatnya transendental pada Allah Ta’ala, seperti:
Zakat, sedekah, menyembelih hewan kurban dan nadzar. Jenis-jenis ibadah ini juga disebut ibadah maliyah (ibadah dengan harta). Shalat, puasa, haji, umrah, jihad fi sabilillah. Jenis-jenis ibadah ini disebut ibadah amaliyah (ibadah dengan perbuatan). dzikir, membaca Al-Qur’an, berda’wah. Jenis-jenis ibadah ini sering juga disebut ibadah qauliyah (ibadah dengan perkataan). Ikhlas pada Allah, cinta pada Allah, bersabar dan tawakkal. Jenis-jenis ibadah ini disebut ibadah qalbiyah (ibadah dengan hati).
- Ibadah ghairu mahdhah yaitu jenis ibadah yang dzatnya tidak secara langsung ditujukan untuk Allah Ta’ala, tetapi diniatkan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, seperti: makan untuk menguatkan amal ketaatan pada Allah, mendamaikan dua orang muslim yang berselisih, menikah untuk menjaga kehormatan, memberi nafkah kepada keluarga, bersegera tidur di malam hari untuk bangun menunaikan shalat lail dan shalat subuh.
Ibadah bukan beban tetapi kebutuhan
Jika dihayati pengertian dan jenis-jenis ibadah di atas, maka nampak jelas bahwa jenis ibadah yang sering dipahami sebagai sebuah beban yang memberatkan dan dianggap sebagai pengganggu berbagai aktifitas adalah Ibadah mahdhah, seperti shalat; sering dianggap sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu, dianggap sebagai amalan yang memutuskan dan mengganggu kegiatan rapat, diskusi, seminar, meeting, dan pelatihan-pelatihan. Menunaikan haji dan umrah dianggap sebagai amal yang menghambur-hambur dana, karena mengunjungi tempat-tempat suci yang mengharuskan meninggalkan berbagai aktifitas bersenang-senang, berfoya-foya dan harus meninggalkan berbagai perbuatan yang sejalan dengan tuntutan hawa nafsu. Sangat berbeda jika dana itu digunakan untuk tour ke negara-negara Eropa, ini dianggap sebagai kegiatan yang bebas, tidak mengikat, bisa bersenang-senang dan tidak banyak aturan-aturannya. Demikian juga ibadah puasa sangat sering dituduh sebagai satu amalan yang mengekang kebebasan, dianggap sebagai perbuatan yang tidak produktif, membuat kelaparan, membuat sulit berkonsentrasi dan sejumlah alasan-alasan yang sesungguhnya hanya pantas diyakini dan diucapkan oleh setan. Semoga kita tidak termasuk dalam kategori seperti ini.
Mudah-mudahan penjelasan berikut ini bisa memberikan pencerahan dan penyadaran bahwa sesungguhnya ibadah adalah suatu kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia.
- Ibadah adalah kebutuhan rohani
Setiap manusia tersusun atas tiga unsur; jasmani (pisik), akal dan rohani (hati). Ke tiga unsur ini masing-masing memiliki kebutuhan. Jasmani kebutuhan pokoknya adalah makanan dan minuman, akal kebutuhan pokoknya adalah ilmu, dan rohani kebutuhan pokok yang sesungguhnya adalah ibadah. Jika ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi kebutuhannya sudah barang tentu manusia seperti itu akan mengalami masalah dan kepincangan dalam kehidupannya, yang paling ringan adalah akan terserang penyakit dan yang paling berbahaya adalah kematian. Jasmani yang jarang dipenuhi kebutuhannya pada awalnya tubuh akan lemah, berikutnya adalah penyakit yang biasanya diberi pertolongan pertama dengan infus sebagai pengganti sementara makanan, dan jika tidak ditangani serius bisa berakhir dengan kematian. Demikian juga akal, jika kebutuhannya tidak dipenuhi berupa ilmu-ilmu yang benar dan bermanfaat, maka akibatnya adalah kebodohan, bahkan sekalipun akal dipenuhi dengan ilmu tetapi ilmu yang tidak benar, maka akibatnya adalah kesesatan.
Nah, jika jasmani dan akal bisa sakit dan bisa mengalami kematian. Maka semestinya juga harus dipahami bahwa rohani sebagai satu unsur penting dalam tubuh manusia bisa menderita berbagai penyakit, bahkan bisa mengalami kematian. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan dalam firmanNya yang artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” (QS. Al-Baqarah: 10).
Wahab bin Munabbih Rahimahullah mengemukakan satu kalimat sindiran: “Sungguh mengherankan mereka yang menangisi orang yang telah mati jasadnya, tetapi mereka tidak menangisi orang yang telah mati hatinya padahal matinya hati lebih bahaya dari matinya jasad”.
- Konsekwensi memilih Islam sebagai agama adalah beribadah
Hidup ini adalah pilihan-pilihan, dan setiap pilihan ada konsekwensi-konsekwensinya. Memilih Islam sebagai agama dan jalan hidup memiliki konsekwensi yang sekaligus menjadi identitas penganut agama Islam. Konsekwensi utama penganut agama Islam adalah beribadah kepada Allah Ta’ala saja. Diantara bentuk ibadah yang paling menonjol dalam Islam yang dijadikan oleh Rasulullah sebagai pembeda antara Muslim dengan kafir adalah menegakkan shalat. Dalam hadits dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, no. 257)
Selain menegakkan shalat sebagai ibadah utama setiap Muslim, masih ada konsekwensi lain dari konsekwensi sebagai penganut setia Islam, yaitu puasa, haji, zakat dan kewajiban- kewajiban lainnya yang jika filosofi ini dipahami maka tidak ada lagi yang memandang ibadah sebagai beban yang memberatkan tapi dengan ikhlas kita menjalankan ibadah pada Allah sebagai kebutuhan utama.
- Ibadah mendatangkan manfaat
Telah banyak hasil penelitian ilmiah yang dipublis di berbagai media cetak dan elektronik tentang berbagai manfaat ibadah dalam kehidupan. Diantaranya dilakukan oleh Dr. Abdurrahman Al-Umari, ia menemukan beberapa rahasia dan manfaat shalat baik ditinjau dari kesehatan fisik maupun batin.
Beliau mengatakan: Seorang yang senantiasa melaksanakan shalat akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa. Kondisi jiwa yang tenang dan tenteram akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan produksi hormon dalam tubuh. Kesimbangan ini akan membuat organ tubuh seseorang bekerja dengan baik. Kondisi seperti ini akan memperlambat proses penuaan yang terjadi pada organ tubuh. Ini berarti shalat merupakan resep awet muda.
Sementara itu Dr. Faris Aazuri ahli penyakit urat syaraf dan persendian yang bekerja di salah satu universitas di Amerika menyatakan: Sesungguhnya shalat yang dilakukan oleh kaum muslimin, yang di dalamnya terdapat gerakan rukuk dan sujud memiliki manfaat yang besar.
Kedua gerakan tersebut berfungsi untuk menguatkan punggung dan mampu melenturkan urat-urat yang ada di sekitar punggung. Hal ini akan lebih dirasakan manfaatnya jika seseorang melakukan shalat sejak usia dini.
Masih banyak hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjukkan manfaat puasa bagi penderita diabetes, manfaat wudhu bagi kesehatan kulit, manfaat membaca dan menghafal Al-Qur’an bagi kesehatan pisik, kecerdasan otak dan bermanfaat untuk mencegah penyakit pikun.
Pada akhirnya mari kita merubah paradigma berpikir tentang ibadah, dari ibadah sebagai beban menjadi ibadah sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan dunia dan akhirat kita.