Tanya: Kapan Muslimah Melaksanakan Shalat Zuhur di Hari Jum’at?
December 25, 2017Beginilah Romantisme Ukhrawi yang Penuh kenikmatan, keberkahan dan rahmat
December 27, 20172 Karakter Dasar yang harus Dimiliki oleh Orang yang Ingin Sukses Dunia Akhirat
Banyak di antara orang orang sukses dalam hidupnya memiliki dua karakter dasar, dengannya kesuksesan itu diraih. Kedua karakter itu ialah: ilmu dan tekad (kemauan) kuat. Dengan dua hal ini kedudukan manusia bertingkat tingkat.
Manusia yang berada di tingkat paling bawah adalah yang tidak memiliki ilmu lagi lemah tekad. Ada kelompok orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan namun tidak memiliki tekad kuat sehingga ia terus berada dalam kondisi yang sama, tidak dapat maju dan mencurahkan potensi yang dimilikinya, merasa puas dengan kondisi yang dialaminya sekarang.
Ada juga yang sebaliknya, memiliki semangat dan kemauan besar, namun minim ilmu pengetahuan, sehingga daya dan energinya terkuras pada hal yang tidak jelas dan tanpa arah.
Dan yang paling sempurna jika kedua hal tersebut terkumpul pada diri seseorang. Ia memiliki cita cita yang jelas, dibangun di atas ilmu yang benar, kemudian dengan tekad yang kuat berusaha mewujudkan cita cita tersebut.
Kebanyakan orang yang gagal dalam kehidupannya, penyebab utamanya adalah karena lemah tekad, tidak memiliki kehendak kuat dalam menghadapi ujian ujian kehidupan dan pergolakannya.
Tekad kuat adalah karakter yang dimiliki oleh manusia manusia pilihan Allah Ta’ala dari kalangan para Rasul dan Nabi serta pengikut setia mereka. Allah Ta’ala memuji mereka dalam al-Qur’an dan mengisahkan betapa tinggi semangat dan obsesi mereka untuk menggapai kemuliaan dunia dan akhirat. Terkhusus di antara mereka para rasul yang digelar dengan “Ulil ‘azmi” yang berarti orang orang yang memiliki tekad yang sangat kuat. Oleh karena itu, Allah Ta’ala perintahkan kita untuk mengikuti jejak mereka, Ia berfirman: “Maka bersabarlah kamu seperti Ulul ‘azmi (orang-orang yang mempunyai keteguhan hat)i dari rasul-rasul telah bersabar” [QS. al Ahqaf:35].
Mereka digelar dengan Ulul ‘azmi karena memiliki kesabaran dan keteguhan yang luar biasa, memperjuangkan prinsip dan akidah yang dibawanya dan tetap bersabar dan komitmen dengannya walaupun harus berhadapan dengan ujian yang sangat berat. Mereka adalah nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad shallallahu alaihim wasallam.
Di dalam al-Qur’an sangat banyak ayat-ayat yang mengajak manusia, terkhusus orang orang beriman, untuk bersegera berbuat dan berlomba lomba dalam kebaikan, baik itu kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat. Al-Qur’an mengajarkan tekad kuat dalam beramal. Di antara ayat ayat itu adalah:
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya” [QS. al Hadid:21].
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan” [QS. al Baqarah:148].
Setelah Allah Ta’ala menyebutkan beberapa kenikmatan surga yang akan disiapkan bagi penghuninya, Ia berfirman memotivasi orang orang beriman agar dapat meraih kenikmatan itu:
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” [QS. al Muthaffifin:26]
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat menyadari akan pentingnya tekad kuat, khususnya dalam mengemban amanah tablig syariat Allah Ta’ala di tengah tengah kesyirikan dan kekufuran yang merajalela. Ini dapat kita lihat dalam kehidupan beliau, memiliki pribadi yang kokoh dengan tekad yang kuat tanpa mengenal lelah dan menyerah. Sifat ini juga ditanamkan pada pribadi pribadi sahabatnya, agar memiliki obsesi tinggi dan meninggalkan perkara sepele yang tidak bernilai dan tidak mendatangkan manfaat. Rasulullah sangat sering memanjatkan doa: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu keteguhan dalam urusan, dan tekad kuat di atas petunjuk”, beliau memohon kepadaNya keteguhan dan komitmen terhadap apa yang telah terealisasi dan tekad kuat untuk menyempurnakannya dengan tekad yang senantiasa berada dalam bimbinganNya. Beliau juga mengajarkan doa ini kepada sahabat dan umatnya.
Tekad kuat bersumber dari dalam jiwa manusia yang terwujud dengan perbuatan anggota tubuh. Oleh karena itu, kita melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam banyak kesempatan mengarahkan para sahabatnya untuk membangun tekad kuat dalam hatinya, karena hati adalah pemimpin seluruh anggota tubuh yang tunduk dalam komandonya.
Dalam banyak kesempatan, beliau menyampaikan kepada para sahabatnya bahwa dengan kehendak kuat dalam hati, seseorang dapat sampai kepada derajat tinggi, walaupun jasmaninya belum sempat melaksanakannya. Beliau bersabda: “Barang siapa yang bertekad melakukan suatu kebaikan dan belum melaksanakannya maka Allah telah menulisnya sebagai satu kebaikan” [HR. Bukhari & Muslim]. Dan sabdanya: “Siapa yang memohon kepada Allah mati syahid maka Ia akan menyampaikannya ke derajat para syuhada walaupun ia wafat di atas tempat tidurnya” [HR. Muslim].
Tentang para sahabatnya yang tidak ikut dalam perang Tabuk disebabkan ada halangan, beliau bersabda kepada sahabatnya yang ikut perang bersamanya: “Sungguh ada orang orang di Medinah, kalian tidak melalui suatu perjalanan, dan melewati lembah kecuali mereka bersama kalian (dalam pahala -pen), mereka terhalangi udzur” [HR. Bukhari & Muslim].
Lebih dari itu, seorang miskin, dengan niat tulusnya, dapat menyaingi orang kaya, sebagaimana sabdanya: “Satu dirham mengalahkan seratus ribu dirham”, sahabat bertanya: “bagaimana bisa satu dirham mengalahkan seratus ribu dirham wahai Rasulullah?”, beliau menjawab: “Seorang hanya memiliki dua dirham, lalu ia mensedekahkan satu dirham, dan orang lain memiliki harta melimpah lalu mengambil sedikit darinya senilai seratus ribu dirham untuk disedekahkan” [HR. Ahmad].
Dalam hadits ini terdapat pesan moral dari Rasulullah, bahwa dengan tekad kuat dan jujur, amalan sedikit dapat mengantar pelakunya kepada nilai yang berlipat ganda dibandingkan amalan dari seorang yang lemah tekad dan niat. Beliau mengajarkan umatnya bahwa dengan tekad kuat seseorang akan dapat melewati beratnya perjalanan, sebagaimana lemahnya tekad menunjukkan lemahnya hati seseorang. Bahkan beliau melarang umatnya bersikap lemah dan menyerah tanpa usaha. Dalam sebuah hadits beliau bersabda: “Orang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukaiAllah daripada orang Mukmin yang lemah. Masing–masing ada kebaikannya. Bersemangatlah untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirimu, serta mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan menjadi orang lemah” [HR. Muslim].
Kendati demikian, seorang mukmin tidak bertumpu total pada kekuatan yang dimilikinya, tapi selalu bersandar kepada kekuasaan dan kekuatan Allah Ta’ala. Usaha yang dilakukannya hanyalah sebatas sebab kemudian Allah yang menakdirkan sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah senantiasa mengaitkan tekad dan usaha dengan tawakal (berserah diri) kepada Allah Ta’ala semata. Kisah hijrah beliau bersama Abu Bakar dari Mekah ke Madinah sangat gamblang menggambarkan tingkat tawakal beliau kepada Allah setelah melakukan berbagai usaha untuk menghindar dari kejaran orang orang musyrik Qurays. Ketika beliau berdua bersembunyi di gua gunung Tsaur, orang orang musyrik hampir saja menemukannya, membuat Abu Bakar sangat khawatir akan terlihat oleh mereka yang berakibat fatal bagi Rasulullah. Namun dengan penuh tawakal kepada Allah, beliau berkata kepada sahabat setianya: “Wahai Abu Bakar, apa dugaanmu terhadap dua orang, Allah adalah yang ketiga di antara mereka berdua?” [HR. Bukhari & Muslim].
Demikian juga al-Qur’an memerintahkan kita agar tawakal kepada Allah setelah membulatkan tekad untuk melakukan suatu perbuatan. Allah Ta’ala berfirman: “Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” [QS. Ali Imran:159].
Kalau kita ingin kejayaan Islam senantiasa wujud di bumi ini, maka sifat terpuji ini patut kita tanamkan pada diri kita dan generasi kita. Tanpa usaha maksimal dan tekat kuat, perubahan menuju kejayaan itu sulit terwujud. “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [QS. ar Ra’d:11].